Minggu, 29 Maret 2020

Kebudayaan Masyarakat Makkah Sebelum Islam

Bangsa Arab telah Allah karuniakan dengan banyak sekali macam bidang kesejahteraan hidup masyarakatnya apalagi di bidang sumber daya alamnya seperti melimpahnya ladang-ladang minyak buminya yang hingga kini menjadi salah satu negara pengekspor minyak bumi terbesar dunia. Maka tidaklah heran bila tanah-tanah di tempat Arab menjadi bahan rebutan negara-negara yang ingin menguasainya. Pembahasan ihwal kebudayaan masyarakat Makkah sebelum Islam. Akan dikenali tentang sikap adab kebiasaan bangsa Arab sebelum Nabi Muhammad saw di utus menjadi Nabi dan rasul ketengah-tengah kehidupan penduduk Arab. Berikut klarifikasi selengkapnya. Para pakar hebat sejarah sudah menyebutkan bahwa kurun sebelum kedatangan Islam yang dibawa kembali oleh baginda Nabi Muhammad Rasulullah Saw yaitu sebagai masa jahiliyah. Secara bahasa abad jahiliyah berasal dari kata jahil , yakni yang diturunkan dari kata dasar Arab jahala yang berarti kolot atau era kebodohan. Bangsa Arab sebelum Islam telah mengenal dasar-dasar beberapa cabang ilmu pengetahuan, bahkan dalam hal seni sastra mereka telah meraih tingkat pertumbuhan pesat. Negeri Arab adalah suatu Semenanjung di ujung Barat Daya Benua Asia. Di sebelah Utara memiliki batas dengan Syam, Palestina, dan al Jazirah. Di sebelah Selatan memiliki batas dengan Teluk Aden dan Samudra India. Di sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Oman dan Teluk Persia, dan di sebelah Barat memiliki batas dengan Selat Bab Al Mandib, Laut Merah dan Terusan Zues. Keadaan Arab khususnya kawasan Makkah terdiri atas gurun pasir yang panas dan gersang. Hal ini mempengaruhi sikap dan perilaku masyarakat Makkah sehingga tercermin dalam kehidupan sosial budaya mereka. Orang-orang Makkah diketahui selaku bangsa pengembara yang nomaden. Mereka sering berpindah pindah dengan mengandalkan kendaraan yang berbentukunta dan kuda. Kebiasaan mengembara membuat orang-orang Arab Makkah senang hidup bebas tanpa hukum dan aturan yang mampu mengikat mereka sehingga mereka menjunjung tinggi nilai-nilai keleluasaan. Mereka senang hidup mengelompok yang tergabung dalam kabilah atau suku yang sangat banyak jumlahnya. Kekuatan, ketangguhan, keuletan dan keberanian merupakan modal utama untuk mampu bertahan di alam gurun pasir. Mereka tidak menggemari belum dewasa perempuan sebab wanita dinilai makhluk yang lemah, tidak bisa berperang, dan tidak berpengaruh melakukan pekerjaan yang berat. Seakan suatu bencana besar dan selaku malu kalau tidak mempunyai anak laki-laki. Namun, selain mempunyai sopan santun, perangai, dan perilaku keras, masyarakatarab mempunyai jiwa seni sastra yang tinggi, terutama dalam bentuk syair dan sajak. Kepandaiannya dalam mengganti sajak atau syair merupakan pujian orang-orang Arab. Para penyair kenamaan sungguh dikagumi dan dihormati. Dari sisi kepercayaan, penduduk bangsa Arab pada abad jahiliyah terbagi menjadi beberapa kalangan, ialah : 1. Golongan yang mengingkari Sang Pencipta dan hari kebangkitan. Mereka yakin bahwa alam, periode, dan waktulah yang membinasakan segalanya seperti yang termaktub dalam Qs. Al-Jaatsiyah (45) : 24. 2. Golongan yang mengakui adanya Tuhan, tetapi meskipun mengakui adanya Tuhan, tetapi mengingkari adanya hari kebangkitan, mirip yang termaktub dalam Qs. Qaaf (50) : 15. 3. Golongan yang menyembah berhala, biasanya masing-masing kabilah mempunyai berhala sendiri-sendiri. Kabilah Kalab di Daumatul Djandal misalnya, mereka memiliki berhala Wad, kabilah Huzdail mempunyai berhala Suwa' Kabilah Madzhaj dan kabilah-kabilah di Yaman semuanya menyembah Yaghuts dan Ya'uq. Kabilah Tsaqif di Thaif menyembah Latta, Kabilah Qurays di Kinanah menyembah Uzza. Kabilah Aus dan Khazraj menyembah Manat, dan selaku pemimpin dari semua berhala yakni Hubal yang ditempatkan di samping sisi Ka'bah. 4. Golongan lainnya ialah kalangan yang condong mengikuti pemikiran Yahudi, Kristen, dan Shabiah, ada pula yang menyembah malaikat atau jin. Label jahiliyah yang diberikan terhadap bangsa Arab pra Islam, bukan mempunyai arti tidak ada kebaikan sama sekali dalam kehidupan mereka.  Masyarakat Arab Makkah masih memiliki budbahasa-akhak mulia dan budaya faktual yang menyejukkan dan menakjubkan bagi logika sehat manusia. Berikut ini akan dijelaskan tentang pertumbuhan kebudayaan penduduk Arab sebelum Islam , adalah selaku berikut : 1. Tradisi keilmuan  Bangsa Arab sebelum Islam sudah mampu mengembangkan ilmu wawasan, terbukti dengan dikembangkannya ilmu astronomi yang didapatkan oleh orang-orang Babilonia. Ilmu Astronomi ini berkembang di Arab sehabis bangsa Babilonia diserang oleh Bangsa Persia lalu mengenalkan ilmu astronomi ini kepada orang-orang Arab pada kurun itu. Selain astronomi mereka juga cerdik dalam ilmu nasab, ilmu rasi-rasi bintang, tanggal-tanggal kelahiran dan tabir mimpi. 2. Berdagang  Masyarakat Arab yang tinggal di perkotaan atau disebut ahlul-hadar, mereka hidup dengan berdagang. Kehidupan sosial ekonominya sangat ditentukan oleh keahlian mereka dalam berdagang. Mereka melakukan perjalanan dagang dalam dua isu terkini selama setahun, pada isu terkini panas pergi ke Negeri Syam (Syiria) dan pada animo hambar mereka pergi ke negeri Yaman.  Pada era itu telah bangun suatu pasar yang diberi nama pasar Ukaz. Pasar Ukaz dibuka pada bulan-bulan bertepatan dengan waktu pelaksanaan ibadah haji, adalah; bulan Dzulkaidah, Zulhijjah dan Muharam. 3. Bertani  Masyarakat Arab yang tinggal di pedalaman ialah masyarakat Badui, mata pencahariannya yaitu dengan bertani dan beternak. Kehidupan mereka nomaden, hidup mereka berpindah-pindah dari satu lembah ke lembah lainnya untuk mencari rumput bagi hewan mereka. Masyarakat yang hidup di tempat yang subur, mereka bercocok tanam dan hidup di sekeliling oase mirip Thaif. Mereka menanam buah-buahan dan sayur-sayuran. 4. Bersyair  Pasar Ukaz tidak cuma menawarkan barang barang jualan berbentukperniagaan dan keperluan sehari-hari saja, tetapi juga pagelaran kesenian mirip qashidah-qashidah gubahan sastrawan Arab. Syair menjadi salah satu budaya tingkat tinggi yang berkembang pada kala Arab pra Islam. syair juga mampu menimbulkan seseorang atau kabilah tertentu menjadi kabilah kurang pandai atau kabilah yang terhormat. Syair menjadi duduk perkara mafakhir (pujian) mereka dalam kehidupan sosialnya. Selain bersyair, mereka juga terbiasa menuliskan kata-kata hikmah dalam setiap bangunan agung yang mereka dirikan untuk dijadikan peringatan dan diambil hikmahnya bagi generasi selanjutnya. Orang Arab saat itu berloba-lomba dan membanggakan perilaku dermawan. Separuh syair-syair mereka diisi dengan kebanggaan dan sanjungan kepada kedermawanan. 5. Menghormati Tamu   Kehidupan sosial bangsa Arab sebelum Islam populer pemberani dalam membela pendiriannya, mereka tidak mau mengubah pendirian yang telah mengakar dalam kehidupan mereka. Salah satunya ialah menghormati dan memuliakan tamu, menghormati tamu yaitu bagian dari menjunjung tinggi perilaku dermawan yangmereka miliki, mereka berlomba-kontes untuk memuliakan tamu dengan segala harta benda meraka. Bangsa Arab sebelum Islam rela untuk berkorban harta bendanya hanya untuk memuliakan tamu. Pernah ada seorang pria yang kehadiran tamu di rumahnya, sementara beliau tidak memiliki apa-apa selain onta yang menjadi acuan hidupnya. Ia rela menyembelih untanya cuma demi untuk menjamu tamunya. 6. Menepati Janji  Bagi orang Arab, kesepakatan yakni hutang yang harus mereka bayar. Melanggar akad adalah malu bagi hidup mereka, bahkan dalam sebuah kisah Hani bin Mas'ud bin Mas'ud asy-Syaibani cuma demi suatu akad mereka rela membinasakan keturunan mereka dan menghancurkan rumah demi memenuhi suatu komitmen. Demikianlah pembahasan wacana kebudayaan masyarakat Makkah sebelum Islam. agar berfaedah. Wallaahu A'lam.
Sumber https://dadanby.blogspot.com


EmoticonEmoticon