Kamis, 26 Maret 2020

Kejadian Penting Selama Nabi Muhammad Saw Dakwah Di Makkah

Semasa Nabi Muhammad Saw belum di angkat sebagai Nabi dan Rasul, dia ialah salah satu orang yang dipercaya dikalangan penduduk Makkah sebab dia mempunyai sifat yang sangat baik seperti amanah dan fatonah. Bahkan waktu itu beliau menerima gelar dengan istilah al amin yang artinya yang terpercaya. Namun berbanding terbalik semenjak beliau di angkat menjadi Nabi dan Rasul. Kaum Quraisy yang belum mendapatkan anutan Islam, mulai melaksanakan tekanan bahkan penyiksaan kepada kaum muslimin, hal ini bermula pada tahun ke-4 kenabian. Awalnya siksaan itu tampaklunak Namun, seiring berjalannya waktu, kaum kafir Qurays makin gencar melaksanakan penyiksaan dan memuncak sampai pada tahun ke-5 kenabian. Selain penyiksaan yang dialami kaum muslimin hingga berujung perintah melakukan hijrah. Berikut pembahasan ihwal 4 kejadian penting selama Nabi Muhammad Saw dakwah di Makkah selengkapnya. 1. Hijrah ke Habasyah  Melihat berbagai macam siksaan dan derita yang dialami oleh kaum muslimin, sementara dia tidak mampu melindungi mereka, maka Rasulullah Saw berkata : “Tidakkah semestinya kamu sekalian pergi ke Habasyah? Sesungguhnya disana ada seorang raja yang tidak ada seorangpun teraniaya di sisinya, tinggallah di negeri itu, sehingga Allah Swt memberi akomodasi dan jalan keluar dari apa yang kalian alami saat ini”.  Pada tahun 615 Masehi atau tahun ke 5 kenabian, berangkatlah kaum muslimin menuju Habasyah. Rombongan pertama dipimpin Usman bin Affan berjumlah 15 orang, yang berisikan 11 laki-laki dan 4 perempuan. Kemudian, disusul rombongan yang kedua dipimpin Ja'far bin Abi Thalib berjumlah hampir 100 orang. Kedatangan kaum muslimin ke Habasyah diterima oleh Raja Najasyi dengan baik.  Mereka menerima pertolongan dan dukungan bahan masakan. Perlakuan Raja Najasyi kepada umat Islam tersebut membuat kaum kafir Quraisy sakit hati. Mereka menyuruh Amru bin Ash dan Abdullah bin Rabi'ah untuk menghadap Raja Najasyi. Kedua utusan itu berkata kepada Raja Najasyi :  ”Wahai sang Raja! Mereka sudah pergi dari negeriku dan datang ke negerimu. Mereka orang-orang yang udik. Mereka telah melepaskan agama nenek moyang kami dan sudah masuk agama gres yang kami dan kamu tidak mengetahuinya. Maka kami diutus oleh pemimpin-pemimpin kami untuk minta kepadamu agar mereka dikembalikan kepada kami”.  Raja Najasyi tidak mau memenuhi ajakan utusan itu sebelum mendengar informasi dari kaum muslimin. Lalu, Raja Najasyi bertanya kepada umat Islam, ”Agama apakah yang menyebabkan kau sekalian keluar dari agama nenek moyangmu dan tidak mau masuk agamaku?”. Kaum muslimin yang diwakili Ja'far bin Abi Thalib menjawab:  ”Wahai Raja! Kami dulu orang Jahiliyyah, menyembah berhala, mengkonsumsi bangkai, berbuat jahat, memutuskan kekerabatan persaudaraan, dan orang-orang kami memperbudak yang lemah. Lalu, tiba delegasi Allah Swt, yakni seorang di antara kami (kaum Quraisy). Kami mengenal akhlaknya yang mulia, yakni jujur, menepati akad, dan pemaaf.  Ja'far menyertakan : Beliau mengajak kami untuk menyembah Allah Swt Yang Esa, menyuruh kami berkata yang benar, bersikap jujur, adil, memenuhi amanah, menyambung persaudaraan, serta berbuat baik kepada tetangga. Beliau melarang kami berbuat jahat, berkata kotor, makan harta anak yatim dengan jalan yang tidak halal, dan menyekutukan Allah Swt. Maka kami mendapatkan ajakannya untuk masuk Islam”.  Kaum muslim merencanakan rombongan untuk berhijrah ke Habasyah dengan jumlah yang lebih banyak ialah 83 orang pria, 11 orang wanita Qurays dan 7 orang wanita abnormal. Akan namun hijrah yang kedua ini lebih berat tantangannya sebab berbagai cara dikerjakan oleh kaum kafir Quraisy untuk menggagalkannya.  Melihat situasi seperti itu, Usman berkata “Ya Rasulullah, kami sudah berhijrah yang pertama kepada Najasy, dan kali ini yang kedua, namun engkau tidak juga ikut bersama kami”. Rasulullah Saw berkata “kalian berhijrah kepada Allah Swt dan kepadaku. Kalian menerima kedua hijrah ini seluruhnya. “ jikalau begitu cukup kami saja Ya Rasulullah”, kata Utsman.  Mereka menetap di Negeri Habasyah dalam keadaan kondusif dan sentosa. Namun tatkala mereka mendengar ihwal hijrahnya Rasulullah Saw ke Yasrib, maka pulanglah mereka ke Makkah untuk berpartisipasi dalam hijrah Rasulullah Saw keYatsrib (Madinah). 2. Amul Huzni  Abu Thalib bin Abdul Muthalib adalah orang yang paling gigih membela dakwah Rasulullah Saw. Perlindungan dan pinjaman dari Abu Thalib dalam dakwah Rasulullah Saw sangatlah totalitas. Ia ialah benteng yang melindungi dakwah Rasulullah Saw, meski dia tetap berpegang pada agama nenek moyangnya.  Namun begitu, dalam Asad Al-Ghobah diceritakan, tatkala sakit Abu Thalib makin parah, dia mengundang semua warga Bani Abdul Muthalib, kemudian berpesan “bantu-membantu kamu sekalian akan dalam keadan baik selagi kalian mendengan perkataan Muhammad dan mengikuti perintahnya. Karena itu, ikutilah beliau dan percayailah ia, pasti kalian akan selamat”.  Setelah Abu Thalib meninggal, Rasulullah Saw berkata, “semoga Allah Swt merahmatimu dan mengampunimu. Aku akan memintakan ampun untukmu, sampai Allah Swt melarangku”. Tidak berselang lama dari meninggalnya Abu Thalib, Siti Khadijah istri tercinta Rasulullah Saw pun meninggal dunia.  Khadijah wafat pada bulan Ramadhan pada tahun ke 12 kenabian dalam usia 65 tahun. Dengan meninggalnya Abu Thalib dan Khadijah, musibah demi musibah datang bertubi-tubi, sebab keduanya yaitu orang yang sangat gigih membela dan melindungi dia. Sejak ketika itu kaum kafir Quraisy makin gencar melancarkan gangguan kepada Rasulullah Saw. Tahun meninggalnya Abu Thalib dan Situ Khadijah disebut dengan Amul Huzni atau tahun kesedihan. 3. Isra Mi’raj  Peristiwa Isra Mi'raj terjadi satu tahun sebelum hijrah, tepatnya pada malam senin 27 Rajab sehabis Rasulullah pulang dari perjalanannya ke Tha'if. Isra secara bahasa artinya perjalanan malam, adapun berdasarkan perumpamaan ialah perjalanan Rasulullah Saw pada satu malam dari Masjidil Harom ke Masjidil Aqsa atau Baitul Maqdis di Palestina.  Mi'raj adalah naiknya Rasulullah Saw dari Masjidil Aqsha menuju ke Sidratul Muntaha untuk menghadap Allah Swt. Isra Mi'raj merupakan bantuan dari Allah Swt sekaligus hiburan dari Allah Swt atas kesedihan Rasulullah Saw karena ditinggal dua orang terkasihnya yaitu Abu Thalib dan Siti Khadijah. Allah Swt menceritakan peristiwa Isra Mi'raj ini dalam QS. Al-Isra' (17) : 1.  Ada perbedaan pertimbangan tentang penetapan kapan waktu peristiwa tersebut berjalan, ialah sebagai berikut :  Menurut Ath-Thabari, Isra terjadi pada tahun tatkala Allah memuliakan dia dengan nubuwwah.  Menurut An-Nawawi dan Al-Qurtubi, Isra terjadi lima tahun sesudah diutus selaku rasul.  Al-Allamah Al-Manshurfuri beropini, Isra terjadi pada malam tanggal 27 bulan Rajab tahun ke-10 dari kenabian.  Pendapat lain menyampaikan, Isra terjadi pada enam bulan sebelum hijrah atau pada bulan Muharram tahun ke-13 dari kenabian.  Ada yang beropini, Isra terjadi setahun dua bulan setelah hijrah, tepatnya pada bulan Muharram tahun ke 13 kenabian.  Ada juga pendapat yang menyampaikan bahwa Isra terjadi setahun dua bulan sehabis hijrah atau pada bulan Rabi'ul Awwal tahun ke-13 kenabian.  Tiga usulan yang pertama tertolak, dengan pendapatbahwa Khadijah Ra. meninggal dunia pada bulan Ramadhan tahun ke-10 dari kenabian. Sementara pada ketika meninggalnya belum ada keharusan shalat lima waktu. Sedangkan tiga pertimbangan lainnya tidak ada satu pun yang menguatkannya. Hanya saja kandungan AlIsra menerangkan bahwa Isra terjadi pada periode-era tamat. Dalam perjalanan Isra Mi'raj ini malaikat mengunjungi beliau dengan membawa Buroq, lalu Jibril mengoptimalkan beliau keatas Buraq dan mengajaknya melaksanakan perjalanan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha dan dinaikkan ke langit untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah Swt.  Dalam perjalanan ke Sidratul Muntaha Rasulullah Saw dan Malaikat Jibril singgah di tujuh lapis langit dan dipertemukan dengan para nabi terdahulu. Lalu Rasulullah Saw naik lagi menuju Baitul Ma'mur, yang setiap harinya dimasuki 70.000 malaikat yang tidak keluar lagi darinya. Kemudian diangkat lagi untuk menghadap Allah Swt yang maha tangguhdan mendekat kepadanya.  Lalu Allah Swt mewahyukan apa yang diharapkan dan Allah Swt mewajibkan shalat sebanyak 50 rakaat. Setelah itu Rasulullah Saw berjumpa dengan Nabi Musa As, dan menyampaiakan perihal perintah shalat 50 rakaat tersebut, Nabi Musa As berkata “sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melaksanakannya, sehingga pada risikonya Allah Swt memerintahkan terhadap umat Rasulullah Saw untuk melakukan shalat sebanyak 5 waktu.  Sebenarnya Nabi Musa As memerintahkan kepadaRasulullah Saw untuk kembali meminta keringanan terhadap Allah Swt, namun Rasulullah Saw menjawab “Aku sungguh malu terhadap Rabb-ku, aku sudah Ridha dan mendapatkan perintah ini” beberapa saat kemudian terdengar undangan “ Aku sudah memutuskan keharusan dan sudah kuringankan bagi hamba-Ku”.  Peristiwa Isra Mi'raj ini tidak serta merta dapat diterima kebenarannya oleh kaum kafir Quraisy, Abu Bakar yakni orang pertama yang mempercayai kebenaran peristiwa tersebut, kemudian diberi gelar Ash-Shiddiq. Kafir Quraisy terus saja meminta bukti kebenaran Isra Mi'raj kepada Rasulullah Saw, lalu Rasulullah Saw membuktikan bukti bahwa dalam perjalanan Isra Mi'raj beliau melihat kafilah dari penduduk Makkah dalam perjalanannya dan akan datang di Makkah esok hari.  Setelah benar datang kabilah tersebut pada esok harinya, kaum kafir Quraisy tetap saja tidak mempercayai peristiwa Isra Mi'raj tersebut dan menuduh Rasulullah Saw sebagai seorang peramal.  4. Hijrah ke Yatsrib  Setelah peristiwa Isra Mi'raj ada satu kemajuan besar bagi pertumbuhan kaum muslimin yang tiba dari penduduk Yatsrib. Mereka melakukan ibadah haji ke Makkah yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Pada animo haji selanjutnya, berisikan dari orang-orang Yatsrib berjumlah 73 orang, atas nama masyarakatYatsrib mereka meminta terhadap Rasulullah Saw untuk berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membela Rasulullah Saw dari segala jenis ancaman, dan kemudian Rasulullah Saw menyepakati baiat Aqabah dua sesudah pada tahun kesebelas kenabian menyepakati adanya Baiat Aqabah pertama.  a. Baiat Aqabah Ula  Ketika musim haji tiba, Rasulullah Saw menggunakannya untuk memberikan dakwah kepada jamaah haji yang datang dari seluruh penjuru Arab. Di antara mereka terdapat orang-orang Yatsrib dari suku Aus dan Khazraj. Kedua suku ini sering mendengar gosip dari orang-orang Yahudi bahwa Nabi kiamat akan segera tiba.  Pada musim haji tahun ke 11 kenabian, bertepatan dengan tahun 621 Masehi, 12 orang dari suku Aus dan Khazraj berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Mereka berjumpa dengan Rasulullah Saw di Aqabah (Mina) dan menyatakan baiat (sumpah setia). Bai'at itu lalu diketahui dengan istilah Baiat Aqabah I atau disebut Baiatun Nisa', sebab di antara yang ikut baiat ada seorang perempuan, ia berjulukan Afra binti Abid binti Sa'labah.  Ada 6 pokok problem penting yang menjadi sumpah setia dalam Baiat Aqabah I adalah :  Mereka tidak akan menyekutukan Allah Swt dengan sesuatu apapun.  Mereka tidak akan mencuri.  Mereka tidak akan berzina.  Mereka tidak akan membunuh anak-anaknya.  Mereka tidak akan berbuat fitnah, dusta dan curang.  Mereka tidak akan mendurhakai Rasulullah Saw.  Ketika mereka pulang ke Yatsrib (Madinah), Rasulullah Saw mewakilkan Mus'ab bin Umair menyertai mereka. Mus'ab bin Umair mendapat tugas mengajarkan Islam terhadap masyarakatYatsrib. Dengan demikian, agama Islam makin bersinar di Yatsrib. Penduduk berbondong-bondong masuk agama Islam, sehingga jumlah kaum muslimin kian bertambah.  b. Baiat Aqabah Tsani  Pada tahun ke 12 kenabian, bertepatan tahun 622 Masehi, serombongan kaum muslimin dari Yatsrib berangkat menuju Makkah untuk menunaikan ibadah Haji. Mereka berjumlah 75 orang, terdiri atas 73 orang laki-laki dan 2 orang perempuan. Mereka secepatnya menghadap Rasulullah Saw dan meminta diadakan pertemuan pada hari Tasyrik di Mina.  Pada malam yang telah diputuskan, mereka keluar kemahnya secara sembunyi-sembunyi menuju Aqabah (daerah melempar jumrah). Tidak lama kemudian, Rasulullah Saw datang diikuti pamannya, Abbas bin Abdul Muthalib yang waktu itu belum masuk Islam tetapi tidak pernah memusuhi Islam.  Adapun isi dari persetujuanAqabah II yaitu :  Penduduk Yatsrib siap membela Islam dan Rasulullah.  Penduduk Yatsrib ikut berjuang dalam membela Islam dengan harta dan jiwa.  Penduduk Yatsrib ikut berupaya meningkatkan agama Islam dan menyiarkan terhadap sanak keluarga mereka.  Penduduk Yatsrib siap mendapatkan risiko dan segala tantangan. Demikian bahasan singkat ihwal 4 insiden penting selama nabi Muhammad saw dakwah di Makkah, semoga bermanfaat.
Sumber https://dadanby.blogspot.com


EmoticonEmoticon