Minggu, 29 Maret 2020

Seni Manajemen Dakwah Rasulullah Saw Kala Makkah

Beragam kejadian dialami oleh Rasulullah Saw dalam kala remajanya sampai dia diangkat menjadi Rasul. Pada saat Rasulullah Saw berusia 14 tahun terjadilah sebuah peperangan antara kaum Qurays dengan suku-suku lain yang bersekutu dengan suku Kinanah dengan suku Khawazin. Masa sebelum Islam lahir sering terjadi peperangan antar suku, dan menjadi budaya penduduk jahiliyah waktu itu. Rasulullah Saw sempat ikut berperang melawan suku Hawazin. Perang tersebut dinamakan perang Fijar, dinamakan perang Fijar karena telah terjadi pelanggaran terhadap kesucian-kesucian Tanah Suci Makkah yang dianggap suci orang-orang Arab. Keikutsertaan Rasulullah Saw dalam perang tersebut menerangkan bahwa dia adalah sosok pemberani, pendekar dan pantang mundur. Rasulullah Saw pernah melaksanakan perjalanan jualan ke Negeri Syam pada usia dua puluh lima tahun untuk berdagang melakukan barang jualan milik Khadijah. Khadijah binti Khuwailid ialah seorang perempuan terpandang sekaligus saudagar yang kaya raya. Dia biasa bekerjasama dengan seseorang untuk mengerjakan dagangannya dengan metode bagi hasil. Khadijah mendengar akan kejujuran seorang perjaka berjulukan Muhammad, untuk itulah beliau tertarik berhubungan dengannya. Begitulah sampai lalu usaha jualan yang dikerjakan oleh Muhammad mengalami laba yang berlipat. Hingga pada dikala Muhammad berusia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah binti Kuwailid yang abad itu berusia 40 tahun. Dari ijab kabul tersebut dikaruniai dua anak laki-laki dan empat anak perempuan. Kedua anak laki-laki adalah al Qasim dan Abdullah meninggal sebelum berusia dewasa. Adapun anak perempuannya Zainab, Ruqayah, Ummu Kultsum, dan Fatimah mereka semua masuk Islam dan pada akibatnya nanti mengikuti hijrah ke Madinah. Ketika Rasulullah Saw berusia 30 tahun terjadi kejadian banjir yang menyebabkan sebagian bangunan Ka‟bah terendam. Masyarakat Makkah berinisiatif untuk merenovasi sekeliling Ka‟bah hingga terjadilah pertengkaran tentang siapa yang berhak meletakkan kembali Hajar Aswad ke daerah semula.  Rasulullah Saw menjadi orang yang menengahi pertengkaran tersebut dengan meminta perwakilan masing-masing suku untuk memegang kain sorban yang di tengahnya sudah di letakkan Hajar Aswad kemudian meletakkan secara bersamasama Hajar Aswad ke kawasan semula. Begitulah cara Nabi Muhammad Saw menengahi sebuah problem dan lalu mengakibatkan masyarakat tidak lagi berselisih.  Sesungguhnya dari peristiwa demi insiden sudah menciptakan Nabi Muhammad Saw diandalkan oleh masyarakatMakkah hingga kemudian beliau mendapat gelar al-Amin. Beliau yaitu sosok yang diandalkan untuk melindungi Rumah Allah Swt, nyawa dan jiwa insan tatkala Muhammad sudah hingga pada usia kesempurnaanya adalah 40 tahun.  Allah Swt menganugerahkan kepadanya kecenderungan berkhalwat atau menyendiri, supaya ia menjauh dari hiruk-pikuk kehidupan jahiliyah untuk bertahannus (beribadah) kepada Allah Swt. Muhammad sering melaksanakan 'Uzlah (mengasingkan diri) di Gua Hira dengan beribadah menurut agama Nabi Ibrahim As.  Dalam keadaan bertahannus di Gua Hira, muncullah seseorang dan berkata kepada Muhammad “bergembiralah hai Muhammad, aku adalah Jibril, dan engkau yakni delegasi Allah Swt untuk umat ini. Kejadian ini terjadi bertepatan pada tanggal 17 bulan berkat tahun 13 sebelum Hijriyah atau bulan Juli tahun 610 Masehi.  Malaikat Jibril berkata terhadap Muhammad “Bacalah” kemudian Muhammad menjawab “saya tidak bisa membaca” demikian sampai tiga kali hingga malaikat jibril mendekap untuk ketiga kalinya dan risikonya Muhammad mengucapkan (Qs. Al-'Alaq (96) :1-5). Setelah kejadian di Gua Hira tersebut, bergegaslah Muhammad pulang menemui Khadijah istrinya dengan keadaan gemetar. Setelah menceritakan wacana malaikat Jibril, Khadijah mengajak Muhammad menemui Waraqah bin Naufal yang merupakan kerabat sepupunya.  Waraqah bin Naufal ialah pemeluk Kristen yang taat dan sangat menguasai bahasa Ibrani juga mengetahui tentang rasul-rasul di antara orang-orang yang sudah melihat kitab-kitab zaman dahulu. Muhammad menceritakan semua yang dialaminya ketika berada di Gua Hira kepada Waraqah bin Naufal. Dari mendengar penuturan Muhammad Waraqah menyampaikan : “ini ialah an-Namus (malaikat) yang pernah diturunkan kepada Nabi Musa As, Waraqah mengenali bahwa delegasi Allah Swt. kepada para nabi-Nya tiada lain hanyalah Malaikat Jibril. Maka ia yakin bahwa Muhammad yakni insan pilihan yang diutus Allah Swt. untuk menjadi rasul berikutnya". Setelah mendapatkan wahyu pertama, Muhammad mencicipi bingung gulana sebab wahyu berikutnya belum juga turun. Masa antara turunnya wahyu pertama dengan wahyu kedua sering disebut dengan periode fatrah. Dalam masa fatrah ini sekitar tiga puluh hingga empat puluh hari, dikala Rasulullah Saw sedang berlangsung-jalan, datang-datang mendengar bunyi gemuruh dari langit. Beliau menyaksikan sosok malaikat Jibril sedang duduk diantara langit dan bumi. Rasulullah Saw. merasa cemas karena mengingat peristiwa di Gua Hira. Bergegas ia pulang ke tempat tinggal dengan meminta istrinya untuk menyelimutinya, “selimutilah diriku, selimutilah saya”. Kemudian Allah Swt. menurunkan firman-Nya (Qs.Al Muddatstsir (74):1-7). Kemudian Rasulullah Saw bangun melaksanakan perintah Allah Swt ialah menyeru kaum yang berhati keras dan tidak beragama untuk menyembah Allah Swt. Tugas ini merupakan perkara yang berat dan besar. Beliau harus berhadapan dengan banyak sekali tantangan dan persoalan, antara lain perombakan tata cara kebudayaan, sosial, kepercayaan masyarakatMakkah dan meluruskan sistem sosial yang tidak adil. 1. Dakwah Sembunyi-Sembunyi Rasulullah Saw memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, menyeru manusia untuk beriman terhadap Allah Swt, menganut agama Tauhid dan mengenalkan bahwa Tuhan itu satu, yaitu Allah Swt Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dikerjakan untuk menyingkir dari munculnya gejolak yang sangat mungkin terjadi di golongan masyarakat. Beliau mengawali dakwah kepada keluarga dan karib kerabatnya. Beliau mengetahui bahwa orang Quraisy sungguh terikat, fanatik, dan berpengaruh menjaga iktikad jahiliyyah. Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3-4 tahun. Empat tahun pertama ialah masa Rasulullah Saw mempersiapkan diri, menghimpun kekuatan dan mencari pengikut setia. Seiring dengan itu, wahyu yang turun pada kala itu secara lazim bersifat mendidik, membimbing, membina, mengarahkan dan memantapkan hati dalam rangka merealisasikan keberhasilan dakwahnya. Rasulullah Saw dibekali dengan wahyu yang mengandung wawasan dasar mengenai sifat Allah Swt dan klarifikasi perihal dasar adab Islam. Selain itu, wahyu ketika itu selaku bantahan secara umum ihwal persepsi hidup penduduk jahiliyyah yang meningkat saat itu. Orang pertama yang menyatakan keislamannya ( Assabiqunal Awwalun ) adalah : Khadijah (istrinya) Ali bin Abi Thalib Zaid bin Haritsah (anak angkatnya) Abu Bakar (sahabat karibnya sejak periode kanak-kanak) Ummu Aiman (pengasuh beliau sejak abad kecil)  Melalui Abu Bakar, pengikut Rasulullah Saw bertambah, mereka yakni :  Abd Amar bin Auf (lalu berganti nama menjadi Abdur Rahman bin Auf)  Abu Ubaidah bin Jarrah  Usman bin Affan  Zubair bin Awwam  Sa‟ad bin Abi Waqas  Arqam bin Abi Al Arqamg.   Fathimah bin Khattab  Talhah bin Ubaidillah dan sebagainya.  2. Dakwah Terang-terangan Tiga tahun lamanya Rasulullah Saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah sobat Arqam bin Abi Al Arqam. Penduduk Makkah banyak yang sudah mengenali dan mulai membicarakan agama gres yang ia bawa. Mereka menganggap agama itu sungguh bertentangan dengan agama nenek moyang mereka. Pada waktu itu turunlah wahyu yang menyuruh terhadap dia untuk melakukan dakwah secara terbuka dengan terperinci-terangan kepada seluruh masyarakat. Allah Swt berfirman dalam Qs. Al-Hijr (15) : 94.  Dengan turunnya ayat tersebut, Rasulullah Saw mulai berdakwah secara terperinci-terangan.  Dakwah ini membuat seorang tokoh Bani Giffar yang tinggal di Barat Laut Merah menyatakan diri masuk Islam. Ia ialah Abu Zar Al Giffari. Atas perintah Rasulullah Saw kemudian Abu Zar Al Giffari pulang untuk berdakwah di kampungnya. Sejak itulah banyak orang yang masuk Islam berkat Abu Zar Al Giffari. Melalui cara itu pula, Bani Daus juga masuk Islam. Orang pertama Bani Daus yang masuk Islam yakni Tufail bin Amr ad Dausi, seorang penyair terpandang di kabilahnya. Dengan demikian, Islam mulai tersebar di luar Makkah. Keberhasilan Rasulullah Saw dalam berdakwah mendorong kaum kafir Quraisy melancarkan tindakan kekerasan terhadap dia dan pengikutnya.  Di tengah meningkatnya kekejaman pemimpin kafir Quraisy, Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab, dua orang besar lengan berkuasa Quraisy masuk Islam. Hal ini menciptakan kaum kafir Quraisy mengalami kesusahan untuk menghentikan dakwah Rasulullah Saw. Suatu ketika, Rasulullah Saw melakukan dakwah secara terbuka di Bukit Shafa dengan mengundang semua suku yang ada di sekeliling Makkah. Untuk mengetahui apa yang akan disampaikan Muhammad, semua suku mengantarkan utusannya. Bahkan Abu Lahab, paman dia pun hadir bareng istrinya (Ummu Jamil). Rasulullah Saw berseru : ”Jika saya katakan kepada kamu bahwa di sebelah bukit ada pasukan berkuda yang hendak menyerangmu, apakah kalian percaya ?.  Mereka menjawab, : ”Kami semua percaya, alasannya kau seorang yang jujur dan kami tidak pernah menemui kamu berdusta”. Rasulullah Saw kemudian berseru kembali, : ”Saya peringatkan kamu akan siksa di hari kiamat. Allah Swt menyuruhku untuk mengajak kamu menyembah kepada-Nya, ialah Tuhanku dan Tuhanmu juga, yang menciptakan alam semesta termasuk yang kau sembah. Maka tinggalkanlah Latta, Uzza, Manat, Hubal dan berhala-berhala lain sesembahanmu”.  Mendengar usul tersebut Abu Lahab mencaci maki seraya berkata, : ”Hari ini kau (Muhammad) celaka. Apakah cuma untuk ini kamu mengumpulkan kami semua ?. Selanjutnya Rasulullah Saw melongo sejenak mempertimbangkan reaksi keras dari kaumnya yang menentang dakwahnya. Kemudian, turun wahyu yang menunjukan bahwa yang celaka bukanlah ia, namun Abu Lahab sendiri.  Allah Swt berfirman dalam (Qs. Al Lahab (111) ayat : 1-5). Setelah insiden di Bukit Shafa tersebut, para pemimpin Qurays bereaksi dengan melakukan hal-hal, selaku berikut : a. Mendatangi Abu Thalib, paman yang mengasuh Rasulullah Saw. Mereka meminta Abu Thalib untuk menangkal acara dakwah yang dijalankan keponakannya, namun tidak berhasil.  b. Kaum kafir Quraisy mengutus Walid bin Mughirah dengan membawa seorang perjaka untuk ditukarkan dengan Muhammad Saw. mereka akan bangun memerangi Rasulullah Saw. Ancaman keras ini tampaknya besar lengan berkuasa pada diri Abu Thalib. Lalu ia memanggil ponakannya untuk berhenti dari dakwahnya.  Namun, Rasulullah Saw tetap tegar dan menolak usul pamannya dengan berkata, : “Demi Allah Swt, agar pun matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku, aku tidak akan menghentikan dakwah agama Allah Swt ini sampai agama ini menang atau saya binasa alhasil”.  Setelah mengucapkan kalimat tersebut, Rasulullah Saw meninggalkan Abu Thalib seraya menangis. Abu Thalib memanggilnya kembali, seraya berkata, “Wahai anak saudaraku! Pergilah dan katakanlah apa yang kamu kehendaki (dakwah). Demi Allah Swt, aku tidak akan menyerahkanmu terhadap mereka selamanya”.  c. Mengutus Utbah bin Rabi'ah, spesialis retorika untuk membujuk Rasulullah Saw. Mereka menunjukkan tahta dan harta, asalkan ia bersedia menghentikan dakwahnya. Tawaran itu pun ditolak keras oleh Rasulullah Saw.  d. Melakukan tindakan kekerasan secara fisik kepada orang yang masuk Islam. Budak yang masuk Islam disiksa dengan kejam seperti Bilal bin Rabah, Amir bin Fuhairah at Tamimi, Ummu Ubais, an Nadhiyah serta anaknya, Al Mu'ammiliyah, dan Zinirah. Zinirah disiksa hingga matanya buta, sedang Ummu Amar bin Yair binti Kubath, budak perempuan Bani Makhzum disiksa hingga mati.  Bahkan Usman bin Affan pun pernah dikurung dan dipukuli dalam kamar gelap oleh saudaranya. Tekanan-tekanan ini ternyata tidak menciptakan Islam dijauhi. Sebaliknya, umat Islam makin bertambah. Hal ini membuat Abu Jahal menekan kepada semua pemimpin Quraisy untuk melaksanakan pemboikotan terhadap Bani Hasyim dan Bani Muthalib. Adapun isi surat pemboikotan itu yaitu sebagai berikut :  Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak diperbolehkan menikah dengan bangsa Arab Quraisy lainnya, baik laki-laki maupun wanita.  Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya tidak boleh menyelenggarakan relasi perdagangan dengan kaum Quraisy lainnya. Muhammad dan kaum keluarga serta pengikutnya dilarang bergaul dengan kaum Quraisy yang lain.  Kaum Quraisy tidak dibenarkan membantu dan membantu Muhammad, keluarga ataupun pengikutnya. Demikian pembahasan ihwal strategi dakwah Rasulullah saw periode Makkah. agar berguna, Wallaahu A'lam.
Sumber https://dadanby.blogspot.com


EmoticonEmoticon