Sabtu, 04 April 2020

Kemajuan Peradaban Islam Masa Daulah Utsmaniyah

Kemajuan yang sudah dicapai para khalifah dimasa kejayaan kekuasaan Daulah Utsmaniyah di Turki, masih mampu dilihat bekas peninggalan-peninggalannya hingga sekarang. Daulah Utsmani merupakan daulah metode khilafah yang terakhir bangun tegak di atas bumi untuk memimpin umat Islam, sehingga dari saat berakhirnya masa kekuasaannya maka umat Islam tidak lagi mempunyai kepemimpinan dalam Islam. Berikut adalah pembahasan perihal perkembangan peradaban Islam era daulah Utsmaniyah selengkapnya. Kebangkitan Daulah Utsmani diprakarsai oleh Muhammad I, kemenangan Timur Lenk atas Daulah Utsmani meninggalkan luka yang sungguh mendalam, ditambah perselisihan antar kerabat di dalam keluarga Utsmani. Berkat kebijaksanaan yang dikaruniakan oleh Allah Swt kepadanya, Muhammad I sukses meredam pertengkaran putra-putra Bayazid. Bisa dikatakan bahwa Muhammad I yakni pendiri Daulah Usmani periode kedua setelah menenteng bangsanya berjuang kembali menjangkau kejayaannya. Dengan tekad yang berpengaruh, Muhammad I mempersatukan seluruh keluarga dan kerabat-saudaranya, hasilnya Daulah Usmani berdiri dan berjaya. Melampaui kejayaan yang diperoleh pendiri Daulah Usmani pada periode sebelumnya. Daulah Utsmani sebagai daulah Islamiyah diakui kembali sebagai penguasa dunia dengan kemajuan peradaban dan ilmu pengetahuannya. Berikut ini para penguasa Daulah Utsmani yang berasal dari generasi kedua yang pernah menjinjing daulah Utsmaniyah ke atas puncak kejayaannya, diantaranya adalah : 1. Muhammad I (817-824 H/1403-1421 M) Muhammad I adalah putera bungsu dari Bayazid, sesudah berkuasa mengambil alih ayahnya beliau mulai menyusun kekuatan kembali dan memulihkan keadaan Turki Usmani dari upaya memecah-belah yang dijalankan oleh Timur Lenk. Strategi Muhammad I ialah menjalin kekerabatan diplomatik dengan para penguasa Byzantium dan Venesia, dengan maksud supaya kedua negeri ini tidak mengganggu kerja khususnya ialah mendamaikan kekhalifahan Usmani. Berkat bisnisnya yang gigih, Muhammad I berhasil mengangkat gambaran Daulah Usmaniyah sehingga dapat bangun kembali, ialah dengan menyusun pemerintahan, memperkuat prajurit dan memperbaiki kemakmuran kehidupan masyarakat. Sultan Muhammad I adalah sosok yang sangat cinta kedamaian dan ilmu pengetahuan. Mencintai Fuqafa, termasuk alasan memindahkan ibu kota dari Adrianopel ke Busra. Karena Busra sering juga disebut selaku kota para Fuqaha. Sultan Muhammad I hadir pada waktu yang tepat, di dikala rakyat mendapat seorang penguasa yang cocok dengan harapan, tetapi Allah Swt berkehendak lain. Pada tahun 824 Hijriyah/1421 Masehi Sultan Muhammad I meninggal dunia di Kota Urnah dalam usia 43 tahun. 2. Murad II (824-855 H/1421-1451 M) Murad II mengambil alih ayahandanya Muhammad I pada usia yang masih 18 tahun.Dia diketahui sebagai penyair dan orang yang mengasihi ulama. Cita-cita Sultan Murad II yaitu melanjutkan usaha perjuangan Muhammad I. Prioritas utama perjuangannya yaitu merangkul kembali tempat-daerah yang terlepas dari Daulah Usmani sebelumnya, adalah tempat Asia Kecil, Soloniki, Albania, Falakh, dan Hongaria. Sultan Murad II menciptakan istana penguasa bertemaakademis, hal tersebut dikerjakan agar kegiatan keilmuan tetap berkembang pada zamannya. Dia mengirimkan sejumlah duit untuk kesejahteraan penduduk Makkah, Madinah dan Baitul Maqdis sebanyak 3.500 dinar setiap tahunnya. Sultan Murad II menghembuskan nafas terakhir pada tanggal 16 Muharram 855 Hijriyah. Bertepatan dengan tanggal 18 Februari 1451 Masehi di Andrianopel menjelang usia 47, dan sesuai wasiatnya lalu dimakamkan pada hari Jum`at di samping masjid Jami` Muradiyah di Bursa. 3. Muhammad II Al-Fatih (855-884 H/1451-1481 M) Al Fatih adalah gelar pujian beliau alasannya berhasil menaklukan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih atau Abu Al-Khairat diangkat menjadi pemimpin Daulah Usmaniyah ketika itu gres berumur 22 tahun. Muhammad Al Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel sebagai ibu kota Byzantium. Sejak ia, Muhammad Al Fatih sudah dididik oleh ulama-ulama rabbani. Di antara gurunya yaitu Muhammad bin Hamzah al Dimasyqi al Rumi, ia lebih populer dengan sebutan Syekh Syamsuddin (792-863 Hijriyah/1389-1459 Masehi) di antara gurunya lagi adalah Syekh Ahmad bin Ismail al Kurani. Berdasarkan hadis Nabi Muhammad Saw; “Pada sebuah ketika kota Konstantinopel niscaya akan ditaklukan oleh umat Islam dan sebaik mungkin pemimpin yaitu yang menaklukannya dan sebaik baik pasukan yaitu pasukannya”. Konstantinopel merupakan kota yang sungguh penting dan belum bisa dikuasai penguasa Islam sebelumnya. Konstantinopel merupakan salah satu kota paling penting di dunia. Kota ini dibangun pada kisaran tahun 330 Masehi oleh Kaisar Byzantium yakni Constantine 1. Memiliki letak yang sangat strategis, sehingga dibilang “andaikata dunia ini selaku kerajaan, maka Konstantinopel akan cocok untuk menjadi ibu kota kerajaan itu”. Muhammad Al Fatih sukses menguasai Konstantinopel dengan perencanaan dan antisipasi yang masak dan juga seni manajemen yang baik.Kota Konstantinopel jatuh ke pangkuan umat Islam pada 20 Jumadil Ula 857 Hijriyah atau 29 Mei 1453 Masehi. Setelah memasuki Konstantinopel disana terdapat sebuah gereja Hagia Sofia (Aya Sofia) Al Fatih memasuki gereja tersebut yang dipakai sebagai kawasan sumbangan terakhir para pendeta, Rahib dan penduduk . Al Fatih dengan kebaikan akhlaknya memberikan perilaku bijaksananya dan derma kepada seluruh penduduk Konstantinopel. Setelah salib-salib, berhala dan gambar-gambar diturunkan, Aya Sofia dibersihkan dan lalu dijadikan masjid bagi umat Islam. Akhirnya kota Konstantinopel dijadikan sebagai ibu kota kerajaan Turki Utsmani dan namanya diganti menjadi Islambul atau kota Islam yang kemudian diketahui dengan nama Istambul. 4. Bayazid II (884-918 H/1481-1512 M) Menggantikan kedudukan ayahnya, Bayazid II penguasa yang tidak terlampau kuat. Pada masanya terjadi pertikaian dengan saudaranya ialah Jem yang diikuti juga oleh pengikut Jem. Ketidakharmonisan ini sedikit banyak berpengaruh terhadap keadaan penduduk yang sebelumnya sungguh dinamis. Bayazid II sangat perhatian kepada pembangunan dan sarana lazim, Takaya, Zawiyah (kawasan berkhalwat para sufi). Kesejahteraan para guru/pengajar juga sungguh diperhatikan. Sultan diketahui selaku seorang pemimpin yang mencintai masyarakatdua kota suci Makkah dan Madinah. Pada tanggal 18 Shafar 918 Hijriyah atau 25 April 1512 Masehi Sultan Bayazid II menyerahkan estafet kepemimpinannya kepada Sultan Salim I. Sultan Bayazid II meninggal dalam perjalanan ke Daimutika, jenazahnya lalu dibawa ke Istambul dan dikuburkan di erat Masjid Jami` yang dibangunnya. 5. Salim I (1512-1520 M/918-926 H) Selama menjabat selaku pemimpin tertinggi, Salim I menciptakan wajah gres dalam pemerintahan Daulah Usmani. Dimasa pemerintahannya banyak kebijakan yang dijalankan dalam bidang kemiliteran. Salim I merupakan salah satu penguasa Usmani yang paling berhasil dan dihormati, giat, dan pekerja keras. Meski kurun kekuasaannya terbilang singkat, para sejarawan setuju bahwa Salim I sudah merencanakan Daulah Utsmani untuk meraih titik puncaknya pada masa putra dan penerusnya, Sulaiman Al Qanuni.  Salim I juga seorang pujangga yang menulis puisi dalam bahasa Turki dan Persia menggunakan nama Mahlas Selimi, yang kumpulan puisi Persianya masih utuh hingga hari ini Dalam salah satu puisinya, beliau menulis, "Sebuah permadani cukup besar untuk diduduki oleh dua orang sufi, namun dunia tidak cukup besar untuk dua orang raja.” 6. Sulaiman Al Qanuni (927-974 H/1520-1566 M) Sulaiman lahir pada tanggal 6 November 1469 Masehi di Trabzon. Sulaiman I atau Sulaiman Al Qanuni naik tahta pada ketika Turki Usmani mengalami puncak kejayaan, kejadian penting di masa kepemimpinannya, yakni upaya penyempurnaan undang-undang Turki Usmani. Ia tidak hanya merupakan pemimpin militer yang besar, insan dari pedang, mirip ayah dan kakeknya, ialah manusia dari pena. Sulaiman Al Qanuni ialah legislator ulung, bangun di depan mata rakyatnya sebagai penguasa berjiwa besar dan eksponen keadilan yang murah hati. Sulaiman I diberi gelar Al Qanuni atau the Magnificent “pembuat undang-undang”, karena jasanya menaruh dasar-dasar aturan bagi Daulah Usmani dan pastinya yang paling lama memerintah. Kitab undang-undang itu diberi nama Multaqa’ al Abhrar/Multaqul Abhur (muara segala samudera). Ketika hukum Qanun mencapai bentuk karenanya, undang-undang tersebut diketahui selaku Qanun Osmani. Undang-undang tersebut diterapkan selama lebih dari tiga ratus tahun. Sulaiman Al Qanuni melaksanakan pembangunan yang fenomenal. Pembangunan Masjid Sulaiman, 81 masjid jami’, 52 masjid kecil, 55 madrasah, 7 asrama pelajar, 5 buah takiyah (kawasan memberi makan fakir miskin), 7 jembatan, 33 istana, 18 pesanggrahan, 5 museum dan 33 pemandian umum. Dalam suatu dokumen yang dibentuk tahun 1526 terdaftar 40 golongan seniman dengan lebih dari 600 anggota. Seniman yang bekerja di istana mencakup pelukis, penjilid buku, penjahit pakaian dari bulu, pengrajin suplemen, dan penempa emas. Istanbul berubah menjadi menjadi sentra kesenian visual, musik, penulisan serta filasafat. Inilah abad yang paling inovatif dalam sejarah Daulah Usmani. Daulah Usmaniyah pada saat itu sudah menjadi menjadi kekuatan yang disegani di dunia. Penaklukan yang dilaksanakan Sulaiman Al Qanuni mengakibatkan kesultanan menguasai kota-kota besar Islam seperti Mekah, Madinah, Yerusalem, Damaskus, dan Baghdad. Sebagian besar di Balkan serta sebagian besar Afrika Utara. Bagaimanapun juga, pemerintahan pada kurun Sulaiman Al Qanuni merupakan representasi puncak kejayaan politik Daulah Usmani dan puncak keemasan pemerintahan Usmani yang menjangkau hingga tiga benua. Sultan Sulaiman Al Qanuni wafat pada tanggal 5 September 1566 Masehi. Hari itu adalah hari yang sarat murung cita, umat Islam merasakan kesedihan dan kehilangan yang sungguh mendalam. Demikian bahasan wacana pertumbuhan peradaban Islam kurun Daulah Utsmaniyah. Semoga berguna.
Sumber https://dadanby.blogspot.com


EmoticonEmoticon