Jumat, 24 April 2020

Pertumbuhan Kebudayaan Islam Kala Dinasti Turki Utsmani

Pemerintahan Daulah Utsmaniyah, secara garis besar dalam kepemimpinan Daulah Utsmani dapat dikelompokan menjadi lima kurun pemerintahan, dari masing-masing khalifah dari lima masa ini mampu dengan terang terlihat Sultan mana saja yang bisa membuatkan Dinasti Utsmaniyah kearah kejayaan dan kegemilangan Daulah Utsmaniyah. Pada abad kekhalifahan Dinasti Turki Utsmani bangkit, ada sebuah kota yang dikelilingi benteng yang besar dan kuat bernama kota Konstantinopel ternyata mampu ditaklukan. Peristiwa tersebut ialah suatu tanda bahwa kekhalifahan Turki Utsmani merupakan sebuah imperium kekaisaran yang kuat yang berada di tempat Asia dan Eropa. Perkembangan kebudayaan Islam abad Dinasti Turki Utsmani mampu dikelompokkan kedalam 5 (lima) abad, yakni : 1. Periode pertama : Yaitu abad pendirian dan pembentukan kekuasaan setelah melepaskan diri dari dinasti saljuk. Pada periode ini Utsmaniyyah sudah melakukan ekspansi. Masa ini berlangsung dari tahun 1299 sampai tahun 1430-an Masehi. Nama para sultan kurun pertama, ialah : Utsman I, Orkhan, Murad I, Bayazid I, dan Muhammad I. 2. Periode kedua : Yaitu era pembenahan, perkembangan, dan ekspansi besar-besaran. Di kala inilah puncak kejayaan dan kemenangan bagi kerajaan Utsmaniyyah dengan ditandai takluknya kota Konstantinopel yang kemudian dijadikan ibu kota dengan dirubah namanya menjadi Istambul. Periode ini berjalan selama satu setengah masa dengan enam sultan. Nama para sultan untuk era kedua, ialah : Murad II, Muhamad II, Bayazid II, dan Salim II. 3. Periode ketiga : Merupakan periode dimana keberadaan kerajaan telah mulai terkoyak akibat serangan dari luar. Bahkan pada era ini banyak wilayah yang sudah lepas dari kekuasaan kerajaan Utsmaniyyah, misalnya Hongaria. Pada kurun ini merupakan masa terpanjang alasannya adalah dipimpin oleh 15 sultan. Nama para sultan periode ketiga yaitu : Sulaiman I, Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Musthafa I, Utsman II, Musthafa I, Murad IV, Ibrahim, Muhammad IV, Sulaiman II, Ahmad II, Musthafa II, dan Ahmad III. 4. Periode keempat : Adalah periode dimana banyaknya gerakan separatis yang menjadikan hilangnya secara perlahan-lahan kekuasaan kerajaan Utsmaniyyah. Periode ini berjalan pada tahun 1703 hingga 1839 M dengan dipimpin oleh 8 sultan. Nama para sultan abad keempat, yakni : Ahmad III, Mahmud I, Utsman III, Musthafa III, Abdul Hamid I, Salim III, Musthafa IV, Mahmud II, dan Abdul Majid I. 5. Periode kelima : Periode kelima disebut dengan abad terakhir dari kerajaan Utsmani berjalan sekitar tahun 1839-1922 Masehi dengan 5 sultan. Pada abad ini, dampak barat sudah mulai nampak, hal ini bisa dibuktikan dengan adanya kebudayaan, dan gaya manajemen ala barat. Nama para sultan kala kelima, ialah : Abdul Aziz, Murad V, Abdul Hamid II, Muhammad V, dan Muhammad VI Biografi Para Sultan Dinasti Utsmani  1. Sultan Muhammad I (1403-1421 M / 817-824 H). Muhammad I yakni putera bungsu dari Bayazid, sesudah berkuasa mengambil alih ayahnya beliau mulai menyusun kekuatan kembali dan memulihkan keadaan Turki Utsmani dari upaya pemecah serpihan yang dijalankan oleh Timur Lenk. Ia sukses menundukan saudaranya Isa yang berkuasa di Brussa dan Sulaiman yang berkuasa di Andrianopel serta Mustafa yang menuntut haknya selaku penguasa sebab merasa sebagai putera tertua. Pasukan Mustofa dapat dikalahkan di Solonika dan melarikan diri ke Byzantium. Strategi selanjutnya yaitu dengan berdamai pada penguasa Byzantium dan Venesia, dengan maksud supaya kedua negeri ini tidak mengusik kerja utamanya adalah mendamaikan kekhalifahan Utsmani. Upaya yang beliau kerjakan selanjutnya adalah dengan menundukkan kembali negeri negeri di Asia Kecil yang sudah dimerdekakan Timur Lenk. Sultan Muhammad I mampu menumpas gerakan Syaikh Badruddin yang menyerukan persamaan dalam harta benda dan agama serta tidak membedakan antara seorang muslim dan non muslim dalam iman. Berkat usahanya yang gigih.  Prestasi yang dicapai sultan Muhammad I, ialah : Dengan menyusun pemerintahan, memperkuat prajurit dan memperbaiki kesejahteraan kehidupan masyarakat. Dan disaat rakyat menerima seorang penguasa yang cocok dengan cita-cita, pada tahun 824 H (1421 M) Sultan Muhammad I wafat.  2. Sultan Murad II (1421-1451 M/824-855 H). Saat mengambil alih ayahandanya Muhammad I usianya gres 18 tahun dia sungguh menyayangi jihad di jalan Allah SWT dan dakwah, ia juga diketahui selaku penyair dan orang yang mencintai ulama. Cita-cita Sultan Murad II yakni melanjutkan usaha usaha Muhammad I. Prioritas utama perjuangannya yaitu menguasai kembali tempat yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya, adalah tempat Asia Kecil, Soloniki, Albania, Falakh, dan Hongaria.  Serangan adonan dari raja raja Eropa mirip Maghyar (Hungaria), Polandia, Perancis, Jerman, Venesia, Genoa, Falakh, Bosnia dan Sebia tidak mampu dibendung pasukan Murad II dan berakhir di perundingan hening yang isinya negeri Serbia merdeka kembali, Falakh berada di tangan kekuasaan Maghyar, dan kedua belah pihak tidak akan berperang selama 10 tahun. Setelah kian bertambahnya beberapa tempat di bawah kekuasaan serdadu Islam, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib itu. Akan namun dengan pinjaman putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan kembali yang pada kesudahannya Murad II kembali menerima kemenangan. 3. Sultan Muhammad II Al Fatih (145-1481 M / 855-884 H). Al Fatih yaitu gelar beliau alasannya sukses menaklukan Konstantinopel. Muhammad Al-Fatih diangkat menjadi penguasa Utsmani sesudah kematian ayahnya dikala itu umurnya 22 tahun. Muhammad Al Fatih berusaha membangkitkan kembali sejarah umat Islam sampai dapat menaklukkan Konstantinopel selaku ibu kota Bizantium. Konstantinopel ialah kota yang sungguh penting dan belum pernah dikuasai raja-raja Islam sebelumnya. Muhammad II Al Fatih memiliki kepribadian yang baik dan menarik, mampu memadukan antara kekuatan dan keadilan. Semenjak muda, dia bisa menjadi pemenang di antara sobat-temannya dalam penguasaan ilmu yang dia pelajari di sekolah istana, menguasai banyak bahasa yang berlaku pada masanya dan sangat tertarik untuk mengkaji buku-buku sejarah. Menurut Hamka, ada tiga alasan mengapa umat Islam ingin menaklukan Konstantinopel : Dorongan doktrin terhadap Allah SWT, dan semangat perjuangan berdasarkan hadits Nabi Muhammad saw ; “Pada sebuah dikala kota Konstantinopel pasti akan ditaklukan oleh umat Islam dan sebaik baiknyapemimpin ialah yang menaklukannya dan sebaik-baik pasukan yakni pasukannya”. Konstantinopel ialah termasuk pusat peradaban dunia dan Negerinya sungguh indah dan letaknya strategis untuk dijadikan pusat kerajaan atau usaha, penghubung antara Eropa dan Asia. Muhammad II Al Fatih sukses menaklukkan Konstantinopel dengan penyusunan rencana dan antisipasi yang masak dan juga taktik yang bagus. diantaranya : Muhammad II Al Fatih menyelenggarakan perjanjian damai dengan raja-raja Maghyar, Bosnia, dan Venesia.  Membuat benteng yang kokoh di selat Bosphorus atau benteng Rumli Haisar (benteng Rum) yang berhadapan pribadi dengan benteng Kuzal Hisar (benteng yang indah) upaya ini dikerjakan untuk menutup kanal dukungan dari luar atas Konstantinopel,  Mengadakan pengusutan akan kekuatan dan kekurangan benteng Konstantinopel dan keempat mewakilkan Tharkhan Pasya untuk menemui dua orang kerabat kandung kaisar Konstantin yang menjadi penguasa Mora agar tidak bisa membantu kaisar Konstantin. Setelah segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukanlah pengepungan selama 9 bulan. Akhirnya kota Konstantinopel jatuh ke tangan umat Islam pada 29 Mei 1453 Masehi dan Kaisar Konstantin Palaelagos tewas bareng tentara Romawi Timur.  Setelah memasuki Konstantinopel di sana terdapat sebuah gereja Aya Sofia yang kemudian dijadikan masjid bagi umat Islam. Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, risikonya kota itupun dijadikan selaku ibukota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Islambul atau kota Islam yang lalu diketahui dengan nama Istambul. 4. Sultan Bayazid II (1481-1512 M/884-918 H). Menggantikan kedudukan ayahnya, Bayazid penguasa yang sangat lemah sehingga banyak menimbulkan kesemrawutan di dalam negeri, simpel di masanya tidak ada perubahan mendasar. 5. Sultan Salim I (1512-1520 M/918-926H). Berbeda dengan periode pemerintahaan ayahnya Bazayid II, Sallim I dapat mengangkat citra daulah Turki Usmani kembali. Di masa pemerintahannya banyak yang dikerjakan Mengatasi saudaranya yang punya keinginan untuk bangun sendiri. Mengalahkan Daulah Syafawiyah yang berpusat di Iran. Dapat memperluas daerah ke kota Mardin, Qurfa, Riqqah, Mousul dan juga Diyar Bekr. Mengalahkan kerajaan Mamluk di Mesir dengan raja terakhirnya Thuman Bey. Mendapatkan tanda-tanda kebesaran Khalifah Abbasyiyah di Mesir seperti bendera, burdah dan pedang Nabi Muhammad Saw yang lalu dibawa ke Istambul. Secara otomatis Syam, Mesir dan Hijaz beradadalam kekuasaannya.  Pasukan yang dikirim dengan panglimanya Barbarossa mampu menguasai Aljazair. Dari apa yang telah sultan Sallim I lakukan dia diketahui sebagai Padisyah Turki Utsmani.  6. Sultan Sulaiman I/Sulaiman al Qonuni (1520-1566 M/927-974 H). Sulaiman I naik tahta dikala Turki Utsmani mengalami puncak kejayaan, insiden penting di abad kepemimpinannya yaitu upaya penyempurnaan undang-undang Turki Usmani. Akhirnya disusunlah kitab persyaratan wacana perundang-seruan yang ditulis oleh Ibrahim al Halabi. Sulaiman I diberi gelar al Qonuni atau the Magnificent “pembuat undang-undang” , alasannya adalah jasanya menaruh dasar hukum bagi daulah Turki Usmani dan yang paling lama memerintah. Kitab undang-undang itu diberi nama Multaqa’ al Abhrar/Multaqul Abhur (muara segala samudera). Selain itu Sulaiman I melaksanakan pembangunan Masjid Sulaiman, 81 masjid jami’, 52 masjid kecil, 55 madrasah, 7 asrama pelajar, 5 buah takiah (daerah memberi makan fakir miskin), 7 jembatan, 33 istana, 18 pesanggrahan, 5 museum dan 33 daerah mandi lazim. Demikian bahasan singkat wacana kemajuan kebudayaan Islam masa Dinasti Turki Utsmani, biar berguna. Wallaahu A'lam
Sumber https://dadanby.blogspot.com


EmoticonEmoticon