Sabtu, 04 April 2020

Seni Manajemen Dan Kebijakan Pemerintahan Turki Utsmani

Dalam setiap perubahan kepemimpinan akan lahir pula sistem dan strategi baru yang ditorehkan, daulah Utsmani semasa kejayaan dalam pemerintahannya memiliki sejumlah sultan yang mumpuni dalam memimpin bangsa dan rakyatnya. Maka tidaklah heran bila periode kepemimpinan daulah Utsmaniyah berjalan usang, hal itu terjadi sebab pemimpin dan rakyat bersatu padu dalam semangat membangun bangsanya. Berikut akan dijelaskan mengenai taktik dan kebijakan pemerintahan Turki Utsmani, selengkapnya. Kebangkitan Daulah Turki Utsmani tidak lepas dari melemahnya kekuasaan Daulah Dinasti Abbasiyah pada ujung yang paling kritis. Lahirnya pemimpin-pemimpin hebat menyebabkan Daulah Turki Utsmani sebagai penguasa dunia yang kembali mengangkat kejayaan dan peradaban Islam. 1. Sultan Usman (699-726 H/1299-1326 M) Disebut dengan Usman I, beliau yaitu pendiri Daulah Usmani yang mencanangkan kerajaan dibangun atas sendi-sendi persatuan suku Turki. Usman yakni seorang yang sungguh pemberani, mukhlis, adil dan bijaksana. Dengan sifat-sifat teruji yang dimiliki, pastinya menjadi kebanggan bagi penduduk dan pengikutnya.  Kebijakan Usman membangun tentara yang berjuang tanpa pamrih, semua atas dasar alasannya adalah Allah Swt. Para pejuang tersebut sering disebut dengan Al Ghazi yang berisikan ikhwan (pesaudaraan) Tarekat Baktasyi. Khalifah Usman meninggal dengan meninggalkan daerah yang luas kurang lebih 16.000 km persegi. Sebagai daulah yang gres bangkit pada kurun kekuasaannya berhasil membebaskan kota Bursadi tepi laut Marmara. 2. Sultan Orkhan (726-761 H/1326-1360 M) Menggantikan kedudukan ayahandanya Orkhan memindahkan kerajaan dari Qurah Hisyar (Iskisyiyar) ke Bursa. Pada kurun kekuasaan Orkhan bergabunglah wilayah Turkeman, lalu perluasan wilayah dilanjutkan ke Nicaea (1331), Nicomedia (1337), Scutari (1338), ia juga mampu mengendalikan daerah teluk Edremit. Kebijakan Orkhan berhasil mendirikan jabatan Shadr Azham (perdana menteri). Jabatan tersebut diberikan pada adiknya yaitu Alauddin. Tentara di era Orkhan dibuat dengan metode yang sangat rapi dan teratur. Ia juga membentuk prajurit khusus dengan nama Inkisyariyah atau Jenissari (Yani Tasyri). Bendera pada saat itu berwarna merah dengan bulan sabit di tengahnya. Di bawah bulan sabit terdapat gambar pedang yang mereka sebut Dzulfiqar, adalah nama pedang yang pernah dimiliki oleh Ali bin Abu Thalib ra. Sampai dengan akhir usianya Orkhan berusaha untuk membentuk pemerintahan yang berpengaruh. Untuk itu ia banyak membangun, mengatur administrasi, menguatkan militer, membangun masjid dan perguruan-perguruan ilmu pengetahuan. 3. Sultan Murad I (761-791 H/1360-1388 M) Setelah sultan Orkhan wafat, kedudukannya digantikan oleh Murad I yang merupakan putera kedua dari Orkhan. Mengantikan kedudukan ayahnya sebagai penguasa alasannya adalah putera pertama Orkhan ialah Sulaiman yang meninggal terlebih dahulu. Sultan Murad I yakni sosok yang sungguh pemberani, gemar berjihad, gemar memberi, dan tekun melaksanakan agama, dia mengasihi peraturan dan selalu memegang teguh peraturan itu, berbuat adil terhadap rakyat dan tentaranya. Kebijakan Murad I selalu dikelilingi oleh sejumlah komandan terbaik dan orang yang berpengalaman dalam bidang militer yang selalu ia ajak untuk bermusyawarah. Murad I sukses meluaskan daerahnya di Asia kecil dan Eropa dalam waktu bersamaan. Ia menaklukkan Adrianopel (Edirne), dan kemudian dijadikan selaku ibu kota kerajaan yang baru, serta membentuk pasukan berkuda (Kavaleri). Perjuangannya terus dilanjutkan dengan menaklukkan Macedonia, Shopia ibu kota Bulgaria, dan seluruh wilayah bagian utara Yunani. Banyaknya kota-kota yang ditaklukkan oleh Murad I dan nyaris tidak terbendung, menciptakan bangsa Eropa mulai khawatir. Akhirnya raja-raja Kristen Balkan meminta restu dari Paus Urbanus V untuk menghalau kaum muslimin dari daratan Eropa. Murad I mulai menghadapi serangan Eropa pertama kali dari Raja Qurok V dari Serbia dan dibantu raja Bosnia bermaksud menyerang Andrianopel. Selanjutnya pasukan Murad I merayap terus menguasai Eropa Timur seperti Somakov, Sopia Monatsir, dan Saloniki. Selanjutnya menguasai Bulgaria, Serbia, Sisman dan Lozan. Sultan Murad I meninggal dengan syahid dalam usia 65 tahun pada 15 Syaban 791 Hijriyah. Sultan Murad I mewarisi kekuasaan yang luas, lima kali lipat kekuasaan ayahnya. Banyak hal yang mampu dipetik hikmahnya dari kepemimpinan Sultan Murad I, di antaranya : Menyebarnya Islam yang semakin meluas di Wilayah Balkan, banyak pemimpin mereka yang masuk Islam, Kedaulatan Daulah Usmani makin dihormati dan dihargai oleh bangsa Eropa. Pengaruh Daulah Usmani semakin meluas, sehingga syiar Islam kian berkembang. 4. Sultan Bayazid I (791-805 H/1389-1402 M) Setelah Sultan Murad I wafat, kepemimpinan Daulah Usmani dilanjutkan oleh putranya yaitu Sultan Bayazid I. Dia ialah orang yang sangat pemberani, pintar, murah hati, dan memiliki semangat yang berpengaruh untuk melakukan ekspansi wilayah Islam. Oleh alasannya adalah itu, ia sungguh mengamati masalah-persoalan kemiliteran, mengarahkan perluasan wilayahnya ke negara-negara Nasrani Anatolia. Kebijakan Hanya dalam jangka waktu setahun, negeri-negeri itu berada dalam kekuasaan Daulah Usmaniyah. Bayazid bergerak begitu cepat di antara dua Balkan dan Anatolia. Oleh alasannya itu ia diberi gelar “Yaldrum” atau kilat. Bayazid sungguh besar pengaruhnya, sehingga mengkhawatirkan Paus. Kemudian Paus Bonafacius mengadakan penyerangan terhadap pasukan Bayazid, dan pertempuran inilah yang menjadi penyebab terjadinya Perang Salib. Konstatinopel hampir saja bisa dikuasai, tetapi Bayazid mengurungkan niatnya dari penaklukan Konstatinopel karena munculnya bahaya gres terhadap Daulah Usmaniyah. Bahaya gres itu yaitu adanya serangan tentara Mongol dibawah pimpinan Timur Lenk.  Ada beberapa aspek yang menimbulkan pertengkaran antara Timur Lenk dan Bayazid, antara lain selaku berikut : Para pemimpin di kawasan Iraq (Baghdad) yang wilayahnya ditaklukkan oleh Timur Lenk banyak yang meminta pinjaman kepada Bayazid. Kerajaan-kerajaan Kristen memprovokasi Timur Lenk untuk menyerang dan mengalahkan Bayazid. Adanya kesalahfahaman di antara kedua belah pihak sehingga saling menghina dengan saling aben surat. Di antara keduanya, sama-sama saling berusaha untuk meluaskan wilayah kekuasaannya kekalahan dari Timur Lenk meninggalkan murung yang mendalam, tetapi itu menjadi hikmah semoga penerusnya melakukan introspeksi diri, sehingga buahnya mampu dipetik di lalu hari, saat penaklukan kota Konstantinopel. Itulah pembahasan wacana seni manajemen dan kebijakan pemerintahan Turki Utsmani. Semoga berguna.
Sumber https://dadanby.blogspot.com


EmoticonEmoticon