Kamis, 18 Juni 2020

Tantangan Muhammadiyah Dalam Bidang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Sudah 1 Abad Muhammadiyah bangun dan berkiprah di tanah air. Banyak yang sudah diraih dan telah didedikasikan untuk negeri ini. Muhammadiyah didirikan oleh seorang kyai alim, cerdasa dan berjiwa pembaharu, ialah Kyai Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau bertepatan dengan 18 November 912 M. Pembaharuan yang terjadi di Muhammadiyah memang tidak terlepas dari “tunjangan” dari Kyai besar Ahmad Dahlan. Beliau juga di kenal selaku perintis pendidikan ‘modern’ yang memadukan pelajaran agama dan biasa dengan mengintegrasikan ‘iman’ dan ‘kemajuan’, sehingga menciptakan sosok generasi muslim pandai yang bisa hidup di zaman terbaru tanpa terpecah kepribadiannya. Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren abad itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara biasa . Langkah ini pada kala kemudian ialah gerak pembaruan yang berhasil, yang bisa melahirkan generasi berakal Muslim, yang bila diukur dengan keberhasilan umat Islam ketika ini pastinya akan lain, sebab konteksnya berlainan. Bahkan tulis Nurkholish Madjid (1990:407) Muhammadiyah yakni organisasi Islam “terbaru” yang terbesar di dunia, lebih besar daripada yang mana pun di negeri-negeri Islam lain. Dalam bidang pendidikan, h ingga tahun 2010 Muhammadiyah mempunyai 4.623 Taman Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137 Sekolah Dasar; 1.079 Madrasah Ibtidaiyah; 347 Madrasah Diniyah; 1.178 SMP; 507 Madrasah Tsanawiyah; 158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan; 7 Muallimin/Muallimat; 101 Pondok Pesantren; serta 3 Sekolah Menengah Farmasi. Dalam bidang pendidikan tinggi, sampai tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40 Universitas, 93 Sekolah Tinggi, 32 Akademi, serta 7 Politeknik. Muhammadiyah memang selalu berkomitmen untuk senantiasa membuat insan yang utama, salah satunya adalah lewat bidang pendidikan. Semakin kedepan tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalm bidang pendidikan makin besar dan makin bermacam-macam. Semakin besar Muhammadiyah, muncul banyak sekali kritikan terkait apakah kualitas lulusan dilembaga pendidikan Muhammadiyah sudah cantik seimbang dengan kuantitas forum pendidikan yang ada dan mampu mngikuti pergeseran zaman?. Dan sejauh mana pendidikan Muhammadiyah bisa menghandle masyarakat dari imbas jelek perkembangan teknologi ketika ini paa utamanya bagi para pelajar maupun mahasiswa. Dan aneka macam tantangan-tantangan lainnya. Berdasar pada konsep diatas, maka melalui makalah ini kami berniat menguraikan tantangan-tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan. Rumusan Masalah Bagaimana tugas Muhammadiyah dalam bidang pendidikan setelah 1 kurun Muhammadiyah bangun? Bagaimana desain dasar pendidikan Muhammadiyah? Apa saja tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidnag pendidikan? Solusi apa saja yang mampu dijalankan Muhammadiyah dalam menjawab tantangan dimasa mendatang? Apa saja rumusan acara pengembangan Muhammadiyah utamanya dalam bidang pendidikan, Iptek dan Litbang? Tujuan Berdasar pada rumusan problem diatas, maka tujuan yang mau diraih yaitu : Meningkatkan tugas Muhammadiyah dalam bidang pendidikan Mengetahui, melaksanakan dan mendalami rancangan dasar pendidikan Muhammadiyah Memamahami serta mampu menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan. Sebagai kader Muhammadiyah bisa menunjukkan solusi sempurna mengenai tantangan yang dihadapi Muhammadiyah. Mampu mengetahui serta melakukan program pengembangan Muhammadiyah utamanya dalam bidang pendidikan, Iptek dan Litbang dengan baik dan sesuai dengan yang sudah digariskan Muhammadiyah. Manfaat Berdasar pada tujuan diatas, maka rumusan manfaat yang hendak dicapai ialah sebagai berikut : Dapat mengembangkan peran Muhammadiyah dalam bidang pendidikan agar manfaatnya dapat dirasakan oleh seluruh lapisan penduduk dari kalangan bawah hingga kelompok atas. Dengan mengetahui desain dasar pendidikan Muhammadiyah akan mendorong terwujudnya masyarakat utama yang berpendidikan dan berkemajuan. Lebih antisipatif dan reaktif kepada tantangan yang dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan. Dapat melakukan solusi tepat dalam pengembangan pendidikan Muhammadiyah supaya dapat dicicipi keuntungannya bagi penduduk luas. Dengan acara pengembangan pendidikan yang telah ditetapkan dalam tanfidz keputusan Muhammadiyah diharapkan bisa menciptakan pengembangan dan perbaikan bagi pertumbuhan pendidikan Muhammadiyah dan dalam rangka penciptaan sumber daya manusia yang berkualitas. BAB II PEMBAHASAN Peran Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan Setelah 1 kurun Muhammadiyah bangkit, banyak yang telah Muhammadiyah persembahkan, abdikan dan dedukasikan untuk negeri ini. Sejarah memperlihatkan bahwa Muhammadiyah selaku gerakan Islam dalam rentang usia satu periode telah berkiprah optimal untuk meningkatkan kehidupan umat Islam dan bangsa Indonesia, yang memberi makna bagi kehidupan umat insan pada umumnya. Muhammadiyah telah berjuang melalui gerakan dakwah dan tajdid dalam usaha pembinaan kehidupan beragama sejalan dengan Al-Alquran dan Sunnah Nabi serta melaksanakan perjuangan-usaha pembaruan kemasyarakatan lewat pendidikan, pelayanan kesehatan, pelayanan sosial, pemberdayaan penduduk , tugas politik kebangsaan, dan sebagainya, yang merupakan perwujudan untuk membentuk penduduk Islam yang sebenar-benarnya dan mendatangkan Islam selaku rahmat bagi semesta alam. Dalam bidang pendidikan sampai tahun 2010 Muhammadiyah mempunyai 4.623 Taman Kanak-Kanak; 6.723 Pendidikan Anak Usia Dini; 15 Sekolah Luar Biasa; 1.137 SD; 1.079 Madrasah Ibtidaiyah; 347 Madrasah Diniyah; 1.178 SMP; 507 Madrasah Tsanawiyah; 158 Madrasah Aliyah; 589 Sekolah Menengah Atas; 396 Sekolah Menengah Kejuruan; 7 Muallimin/Muallimat; 101 Pondok Pesantren; serta 3 Sekolah Menengah Farmasi. Dalam bidang pendidikan tinggi, hingga tahun 2010, Muhammadiyah memiliki 40 Universitas, 93 Sekolah Tinggi, 32 Akademi, serta 7 Politeknik. Muhammadiyah memang sudah berkomitmen sejak dahulu untuk terus membuatkan dan meningkatkan pendidikan di Indonesia. Sejak awal pendirian bahkan sebelum berdirinya Muhammadiyah, pendirinya ialah kyai haji Ahmad Dahlan memang telah sangat peduli dan perhatian dengan pendidikan. Ia begitu peduli dengan nasib ank-anak disekitar akuman yang tidak pernah mengenyam pendidikan. Dengan kecerdasannya maka lambat laun ia bisa merintis tata cara pendidikan terbaru yang mengkombinasikan ilmu pengetahuan lazim dan agama. Hingga sesudah dia mendirikan organisasi Muhammadiyah yang bergerak dibidang Sosial, pendidikan dan kesehatan. Ia kemudian mendirikan sekolah madrasah ibtidaiyah diniyah yang pertama di Kauman. Semangat untuk terus mngembangkan dan meningkatkan pendidikan di Indonesia ini kemudian diteruskan oleh para kader Muhammadiyah dengan terus mendirikan lembaga pendidikan yang bermutu dan mempunyai infrastruktur yang bagus dan memadai. Sehingga Muhammadiyah ikut membantu pemerintah dalam rangka mencapai masyarakat yang berpendidikan yang bebas dari kemiskinan. Dengan kuantitas lembaga pendidikan yang telah dimiliki Muhammadiyah tersebut, Muhammadiyah terus menyebarkan dan membentuk inovasi-penemuan dalam bidang pendidikan ini biar penerima didiknya bisa menjawab tantangan zaman. Saat ini sudah ada forum pendidikan yang telah mapan, namun ada juga yang belum. Untuk yang belum mapan inilah yang masih memerlukan perhatian lebih dari Muhammadiyah untuk terus membuatkan dan memajukannya. Konsep Dasar Pendidikan Muhammadiyah. Secara lazim konsep dasar pendidikan ialah sebuah proses pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut daya fikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional). (Fahrur Razy Dalimunte,1999:11). Pendidikan ialah kegiatan yang diorientasikan kepada pengembangan individu insan secara maksimal. Sementara itu konsep dasar pendidikan Muhammadiyah berdasarkan KH Ahmad Dahlan ialah selaku berikut : Tujuan Pendidikan Tujuan pendidikan Islam tidak terlepas dari tujuan hidup insan dalam Islam, yaitu untuk membuat langsung-eksklusif hamba Allah yang senantiasa bertakwa kepadaNya, dan dapat mencapai kehidupan yang berbahagia di dunia dan darul baka (lihat S. Al-Dzariat:56; S. ali Imran: 102). “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka mengabdi terhadap-Ku" Tujuan Pendidikan yang digagas KH Ahmad Dahlan ialah lahirnya manusia-manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-ulama intelek" atau "intelek ulama", adalah sorang Muslim yang mempunyai kesabaran akidah dan Ilmu yang luas, besar lengan berkuasa jasmani dan rohani. Adapun tujuan pendidikan Muhammadiyah mengacu pada tujuan Muhammadiyah yakni: (I)  Pada waktu pertama kali bangkit maksudnya yaitu Menyebarkan pedoman Kanjeng Nabi Muhammad SAW terhadap masyarakatbumi putera didalam residenan Yogyakarta menerangkan hal Agama Islamkepada anggotanya, (II)   Setelah Muhammadiyah bangkit dan menyebar keluar Yogyakarta  menjadi memajukan dan menyenangkan pengajaran dan meningkatkan Agama Islam terhadap sekutu-sekutunya. Tujuan pendidikan yang demikian juga tercermin dalam tata cara pendidikan Muhammadiyah, khususnya bagian bahan pelajaran, yang merupakan kompromi antara ilmu-ilmu agama dengan ilmu wawasan yang tiba dari Barat. Pada tahun 1977 dirumuskan tujuan pendidikan Muhammadiyah secara biasa berbunyi: “ (I) terwujudnya insan Muslim yang berakhlak mulia piawai, percaya pada diri sendiri, berguna bagi masyarakat dan negara”. Beramal menuju terwujudnya penduduk Islam yang sebenar-benarnya; (ii) Memajukan dan memperkembangkan ilmu pengetahuan dan kemampuan umtuk pembangunan dan masyarakat negara Republik Indonesia yang berdasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dengan demikian pendidikan perlu menentukan tujuan yang ingin diraih, sehingga gampang diarahkan dan dievaluasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Dari tujuan tersebut, maka tujuan pendidikan formal Muhammadiyah yaitu: Menegakan, bermakna membuat biar tegak dan tidak tergoyahkan itu dengan memegang teguh, menjaga, membela serta memperjuangkan pemikiran Islam. Menjungjung tinggi mempunyai arti membawa di atas segala-galanya, adalah dengan cara anak bimbing agar mengamalkan mengindahkan serta melakukan Ajaran Agama Islam. Agama Islam yakni: Agama yang dibawa para Rasul sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad SAW. Segenap isi Ajaran Agama yang dibawa oleh para Rasul tersebut, telah tercakup dalam Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW berupa Al Qur'an  Hadits. Maka siswa Muhammadiyah mampu memegang teguh Agama Islam selaku Agama Tauhid yang dibawa oleh  Rasul dan telah sempurna sehingga dapat terbentuk insan-manusia kamil. Pendidik Pendidik Secara etimologi memiliki arti orang yang memberikan panduan. Pengertian ini memberi kesan bahwa pendidik ialah orang yang melaksanakan aktivitas dalam bidang pendidikan. Kata tersebut seperti “ teacher ” artinya guru yang mengajar dirumah. Sedangkan secara Secara terminologi yaitu: Ahmad D Marimba mengemukakan bahwa "Pendidik adalah sebagai orang yang memikul tanggung jawab untuk mendidik" adapun menurut Muri yusuf adalah "Pendidik ialah individu yang mampu melaksanakan tindakan mendidik dalam suasana pendidikan untuk meraih tujuan pendidikan". Pengertian  tersebut tidak berlawanan jauh dengan pengertian Pendidik berdasarkan Muhammadiyah adalah, Pendidik/guru yaitu setiap orang yang merasa bertanggung jawab atas perkembangan anak bimbing dan memiliki tanggungjawab menunaikan amanat Vertikal (Alloh) dan horizontal (kemanusiaan). Dalam mendidik tidak sembarang orang mampu menjadi seorang pendidik dan untuk menjadi seorang pendidik ada syarat yang mesti dipenuhi. Menurut Muhammadiyah secara biasa syarat menjadi seorang pendidik ialah harus memiliki ilmu, memiliki kemampuan dalam ilmu jiwa, harus memiliki etika teladan dalam kelasnya bahkan dalam kehidupan sehari-harinya. Dari beberapa syarat terebut mesti dilandasi oleh sikap mental utamanya adat acuan yaitu, siap melaksanakan perintah Allah SWT, jiwa dedikasi, nrimo bersedekah, serta iktikad dan kelurusan/kebenaran Agama Islam. Dengan demikian untuk menjadi seorang pendidik berdasarkan Muhammadiyah perlu memiliki persyaratan-standar khusus, diantaranya:  Harus seorang Muslim artinya beragama Islam yang beriman dan bertaq w a.  Anggota / guru simpatikan Muhammadiyah atau aisyiah .  Mempunyai keteladanan yang mulia baik di sekolah maupun di dalam kehidupan sehari-hari.  Ikhlas.  Bertanggung jawab.  Mempunyai kesanggupan istimewa dalam mendidik baik dalam menguasai materi pelajaran maupun dalam program pelajaran mirip metode, pengelolaan kelas, mengetahui dan faham administrasi sekolah maupun dalam mengetahui prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian . Peserta Didik Peserta didik atau disebut juga Mutarabb i, hakikatnya yakni orang yang memerlukan panduan. Secara kodrati, seorang anak memerlukan Pendidikan dan panduan dari orang akil balig cukup akal, paling tidak, alasannya adalah ada dua faktor, adalah faktor pedagogis dan sosiologis. Menurut Muhammadiyah peserta bimbing ialah materi mentah atau objek dalam proses transformasi pendidikan. Ia mempunyai keanekaragaman yang berlainan dan selaku makhluk Allah di tampang bumi ini sebagai khalifah yang perlu dididik dan dibina serta dikembangkan supaya mampu mengelolanya dan kembali terhadap Khaliknya. Dengan demikian maka anak ajar ialah suatu objek yang mau menerima transformasi pendidikan, dan sebagai objek yang hendak menerima transformasi harus mempunyai syarat selaku pelajar yang baik yakni;  Mempunyai budpekerti yang baik dan mulia.  Mempunyai perilaku yang sopan dan santun baik terhadap sesama maupun terhadap yang lebih bau tanah dan muda.  Harus mampu meneruskan usaha.  Harus dapat dipercaya dan cinta damai.  Dan bersedia mentaati peraturan yang ada di Muhammadiyah. Kurikulum Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS) No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 19 kurikulum ialah sebagai berikut: “ Kurikulum yakni seperangkat rencana dan pengaturan perihal tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan Pendidikan tertentu” (Arifin, 2003:36). Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sungguh penting dalam sebuah sistem Pendidikan, karena kurikulum merup a kan alat untuk meraih tujuan Pendidikan dan sekaligus selaku fatwa dalam pelaksanaan pengjaran pada semua jenis dan tingkat Pendidikan (Ramayulis 2006:149). Kurikulum yang digunakan di Muhammadiyah merupakan kurikulum adonan antara kurikulum pelajaran pesantren dengan kurikulum modern dengan mempelajari ilmu-ilmu dalam bidang biasa . Adapun bahan yang disajikan di Pendidikan  Muhammadiyah harus menjamah aneka macam faktor adalah:    Aqidah budpekerti    Hablumminallah.    Hablumminannas.    Bahasa dan Tarikh Dengan demikian maka materi yang disampaikan pada pendidikan Muhammadiyah adalah Pendidikan Agama yang mencakup mata pelajaran aqidah budbahasa, hadist, piqh, tarikh, bahasa, al-quran dan kemuhammadiyahan. Selain pendidikan Agama di Muhammadiyah juga terdapat pendidikan biasa yang meliputi IPA, IPS Ilmu teknik, olah raga, matematika dll. Bahan pelajaran di atas diberikan secara  bermaksud. Artinya bahan pelajaran tertentu diberikan di kelas tertentu dengan waktu atau lama mencar ilmu di setiap kelas yang telah ditetapkan. Di sekolah/pendidikan Muhammadiyah juga sudah diterapkan metode ulangan, ketidakhadiran Murid dan kenaikan kelas, dan kecakapan murid dinilai lewat ulangan yang diberikan. Metode Metode mengajar yakni cara atau tekhnik untuk mencapai tujuan pelajaran, Metode pembelajaran dapat diartikan selaku cara yang digunakan oleh pendidik dalam membelajarkan penerima didik dikala berlangsungnya proses pembelajaran.     Kalau dalam tata cara pendidikan Islam tradisional dikenal tata cara sorogan dan weton, maka di lembaga pendidikan klasikal mirip yang dipraktekkan oleh  Muhammadiyah, sistem pengajaran yang demikian tidak diterapkan lagi. Di muhammadiyah murid tidak lagi hanya mendapatkan dengan kritis dan dengan perbandingan, utamanya bagi kitab fikih yang mengajarkan pertimbangan Mujtahid tertentu. Adapun Metode yang digunakan di Muhammadiyah yaitu Metode ceramah, diskusi, tanya jawab, pemberian tugas, sistem kerja kalangan, demonstrasi, latihan, sosiodrama, sistem karya rekreasi/berguru di alam. Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan Masalah Kualitas Pendidikan Perkembangan amal perjuangan Muhammadiyah utamanya dalam bidang pendidikan yang sangat pesat secara kuantitatif belum diimbangi kenaikan mutu yang sepadan, sehingga sampai batas tertentu kurang memiliki daya saing yang tinggi, serta kurang memperlihatkan perlindungan yang lebih luas dan kreatif bagi pengembangan pertumbuhan umat dan bangsa. Bahwa amal usaha Muhammadiyah dalam hal kualitas mengalami dua duduk perkara sekaligus, yakni, pertama, terlambatnya perkembangan mutu ketimbang penambahan jumlah yang spektakuler, sehingga dalam beberapa hal kalah bersaing dengan pihak lain. Kedua, tidak meratanya pengembangan mutu lembaga pendidikan. Dalam sejumlah faktor banyak disoroti kelemahan amal perjuangan terutama di bidang pendidikan yang kurang mampu menawarkan daya saing di tingkat nasional apalagi internasional. Amal usaha Muhammadiyah tidak mengalami proses inovasi yang merata dan signifikan, sehingga condong berlangsung di daerah, kendati beberapa yang lain mulai berdiri membuatkan wangsit-inspirasi dan sistem gres dalam peningkatan kualitas dan eksistensi amal perjuangan Muhammadiyah. Kedepan diperlukan peningkatan mutu yang lebih inovatif, sehingga amal perjuangan Muhammadiyah utamanya bidang pendidikan dapat lebih unggul serta mampu mengemban misi dakwah dan tajdid Muhammadiyah. Dewasa ini globalisasi telah mulai menjadi persoalan kasatmata pendidikan. Permasalahan globalisasi dalam bidang pendidikan utamanya menyangkut output pendidikan. Seperti dimengerti, di masa globalisasi cukup umur ini sudah terjadi pergantian paradigma tentang keunggulan suatu Negara, dari keunggulan komparatif (Comperative adventage) terhadap kelebihan kompetitif (competitive advantage). Keunggulam komparatif bertumpu pada kekayaan sumber daya alam, sementara kelebihan kompetitif bertumpu pada pemilikan sumber daya insan (SDM) yang berkualitas artinya dalam konteks perubahan paradigma keunggulan tersebut, pendidikan nasional akan menghadapi situasi kompetitif yang sangat tinggi, karena harus berhadapan dengan kekuatan pendidikan global. Hal ini berhubungan bersahabat dengan kenyataan bahwa globalisasi justru melahirkan semangat cosmopolitantisme dimana anak-anak bangsa boleh jadi akan menentukan sekolah-sekolah di luar negeri selaku kawasan pendidikan mereka, terutama jika keadaan sekolah-sekolah di dalam negeri secara kompetitif under-quality (bermutu rendah). Inilah salah satu dari sekian tantangan yang harus dihadapi Muhammadiyah dalam bidang pendidikan. Permasalahan Profesionalisme Guru Salah satu bagian penting dalam acara pendidikan dan proses pembelajaran adalah pendidik atau guru. Betapapun pertumbuhan taknologi sudah menawarkan banyak sekali ragam alat bantu untuk mengembangkan efektifitas proses pembelajaran, namun posisi guru tidak sepenuhnya dapat tergantikan. Itu artinya guru ialah variable penting bagi keberhasilan pendidikan. Menurut Suyanto, “guru memiliki kesempatan yang amat besar untuk mengubah kondisi seorang anak dari gelap gulita huruf menjadi seorang yang arif dan tanpa kendala baca tulis yang lalu akibatnya ia bisa menjadi tokoh pujian komunitas dan bangsanya”. Tetapi secepatnya disertakan: “guru yang demikian pasti bukan guru sembarang guru. Ia niscaya mempunyai profesionalisme yang tinggi, sehingga bisa “di ditiru” Itu artinya pekerjaan guru tidak bisa dijadikan sekedar selaku usaha sambilan, atau pekerjaan sebagai moon-lighter (usaha objekan). Namun realita dilapangan memperlihatkan adanya guru terlebih-lebih guru honorer, yang tidak berasal dari pendidikan guru, dan mereka memasuki pekerjaan sebagai guru tanpa lewat system seleksi profesi. Singkatnya di dunia pendidikan nasional ada banyak, untuk tidak menyampaikan sungguh banyak, guru yang tidak profesioanal. Inilah salah satu persoalan internal yang harus menjadi “pekerjaan rumah” bagi pendidikan Muhammadiyah periode kini. Masalah kebudayaan (alkulturasi) Kebudayaan yaitu suatu hasil kecerdikan daya insan baik bersifat material maupun mental spiritual dari bangsa itu sendiri ataupun dari bangsa lain. Suatu pertumbuhan kebudayaan dalam periode moderen saat ini yaitu tidak dapat terhindar dari efek kebudayan bangsa lain. Kondisi demikian menyebabkan timbulnya proses alkulturasi yaitu pertukaran dan saling berbaurnya antara kebudayaan yang satu dengan yang yang lain. Dari sinilah terdapat tantangan bagi pendidikan-pendidikan islam yakni dengan adanya alkulturasi tersebut maka akan gampang masuk pengaruh negatif bagi kebudayaan, sopan santun dan budbahasa anak. Oleh karena itu hal ini merupakan tantangan bagi pendidikan islam untuk memfilter budaya-budaya yang negatif yang diakibatkan oleh dampak budaya-budaya barat. (Arifin, 1994:42) Permasalahan Strategi Pembelajaran Menurut Suyanto periode globalisasi remaja ini memiliki imbas yang sungguh signifikan terhadap teladan pembelajaran yang mampu memberdayakan para penerima bimbing. Tuntutan global telah mengubah paradigma pembelajaran dari paradigma pembelajaran tradisional ke paradigma pembelajaran baru. Suyanto menggambarkan paradigma pembelajaran sebagai berpusat pada guru, menggunakan media tunggal, berlangsung secara terisolasi, interaksi guru-murid berupa tunjangan info dan pengajaran berbasis factual atau wawasan. Dewasa ini terdapat tuntutan pergeseran paradigma pembelajaran dari versi tradisional ke arah model baru, tetapi kenyataannya menunjukkan praktek pembelajaran lebih banyak menerapkan seni manajemen pembelajaran tradisional dari pembelajaran gres. Hal ini agaknya berkaitan erat dengan rendahnya professionalisme guru. Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Sebagimana sudah kita sadari bareng bahwa dampak nyata dari pada kemajuan teknologi sampai kini, yakni bersifat fasilitatif (mempermudah). Teknologi menawarkan berbagai kesantaian dan ketenangan yang semangkin bermacam-macam. Dampak negatif dari teknologi moderen sudah mulai menampakan diri di depan mata kita, yang pada prinsipnya melemahkan daya mental-spiritual / jiwa yang sedang berkembang berkembang dalam aneka macam bentuk penampilannya.  Pengaruh negatif dari teknologi elektronik dan informatika mampu melemahkan fungsi-fungsi kejiwaan lainya seperti kecerdasan fikiran, kenangan, kemauan dan perasaan (emosi) diperlemah kesanggupan aktualnya dengan alat-alat teknologi-elektronis dan informatika mirip Komputer, foto copy dan sebagainya.(Arifin,1991,hal: 9 ) Alat-alat diatas dalam dunia pendidikan memang mempunyai dua imbas ialah dampak konkret  dan juga pengaruh negatif. Misalnya pada pelajaran bahasa abnormal anak asuh tidak lagi mesti mencari terjemah kata-kata gila dari kamus, namun sudah mampu melalui komputer penerjemah atau hanya mengcopy melalui internet. Nah dari sinilah nampak jelas bahwa efek teknologi dan isu mempunyai pengaruh positif dan negatif Tantangan abad globalisasi kepada pendidikan agama Islam di antaranya, ‎krisis akhlak. Melalui tayangan acara-acara di media elektro dan media massa yang lain, ‎yang menyajikan pergaulan bebas, sex bebas, konsumsi alkohol dan narkotika, ‎perselingkuhan, pornografi, kekerasan, liar dan lain-lain. Hal ini akan berimbas pada ‎perbuatan negatif generasi muda seperti tawuran, pemerkosaan, hamil di luar nikah, ‎penjambretan, pencopetan, penodongan, pembunuhan oleh pelajar, malas berguru dan ‎tidak punya integritas dan krisis akhlaq lainnya.‎ Dampak negatif dari abad globalisasi yaitu krisis kepribadian. Diera globalisasi sekarang ini, bangsa Indonesia sedang mengalami suatu pergeseran yang besar disegala sektor. Ini dibuktikan dengan pertumbuhan ilmu wawasan dan teknologi yang begitu cepat. Dengan pertumbuhan teknologi dan isu mirip televisi, komputer, internet, media cetak dan elektronik menyebabkan bangsa Indonesia dapat dengan mudah mengakses berita baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Selain itu, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga mampu mengakibatkan kemerosotan norma-norma dalam kehidupan bermasyarakat, kebobokran budbahasa (sikap), serta bentuk penyimpangan yang lain yang kini telah merebak dalam penduduk Indonesia utamanya generasi muda dalam hal ini pelajar atau mahasiswa. Mereka lebih mementingkan persoalan duniawi daripada permasalahan akhirat. Dari semua bentuk penyimpangan ini membutuhkan sebuah upaya yang sangat serius untuk mengatasinya. Salah satu cara mengatasinya adalah lewat pendidikan, dalam hal ini pendidikan kemuhammadiyahan. Dengan kemuhammadiyahan dampak-imbas buruk dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi mampu di kurangi. Kaprikornus ini dapat disimpulkan bahwa kemajuan ilmu wawasan dan teknologi yang begitu cepat telah menunjukkan dampak-efek bagi kehidupan kita, baik itu dampak positif maupun efek negatif. Dampak tersebut  mengakibatkan bangsa Indonesia melaksanakan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan yakni salah satu upaya yang diperlukan. Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengurus dan memanage efek-imbas buruk yang disebabkan oleh pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi minimalkan. Solusi atas Tantangan yang Dihadapi Muhammadiyah dalm Bidang Pendidikan Menjawab tantangan yang dihadapi muhammadiyah dalam bidang pendidikan mirip yang disebutkan diatas, Achmad Charis Zubai Sekretaris II Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam PP Muhammadiyah era 1995-2000 mengemukakan bahwa kendatipun jumlah umat islam lebih banyak didominasi (88,2%) di Indonesia namun kualitasnya cukup memprihatinkan dibanding umat lain. Karena beberapa fakor seperti tidak merefleksikan homogenitas dalam kualitas namun heterogenitas baik dalam kualitas, intensitas, maupun paham-paham dan pandangan keagamaannya. Selain itu, rendahnya mutu sumber daya umzt islam juga melatarbelakangi mengapa umat islam tidak mempunyai tugas yang setaraf dengan kuantitasnya. Menjawab tantangan yang dihadapi Muhammadiyah bahwa Kualitas forum pendidikan yang dimiliki Muhammadiyah belum setara dengan kuantitasnya yang selalu mengalami kemajuan yang spektakuler, Muhammadiyah perlu melakukan upaya pengesyahan dan penghidupan kembali Muhammadiyah selaku gerakan pendidikan dan gerakan pengembangan dan pengelolaan. Dalam faktor filosofik, Muhammadiyah perlu merumuskan kembali pandangan baru dasar pendidikan muhammadiyah sebagai matra keimanan dan ketaqwaaan yang tercemin dalam relijiulitas serta akhlaq manusianya. Dalam aspek kebijakan pengembangan dan pengelolaan, dilaksanakan dengan penyegaran dan perubahan orientasi yang meliputi : Dari orientasi status ke orientasi kompetensi Dari orientasi Input ke output Dari orientasi kontemporer ke orientasi era depan Dari orientasi kuantitatif ke orientasi kualitatif Dari orientasi kepemimpinan individu ke orientasi sistem Dari orientasi ketergantungan ke orientasi kemandirian Ari orientasi fisik ke orientasi nilai Disamping itu penyusunan rencana dan pengelolaan muhammadiyah perlu dikembangkan dengan wawasn keunggulan dengan memacu kreativitas disegala bidang seperti iptek, kewirausahaan, seni, dan sebagainya. Sehingga dapat mengembangkan daya saing umat dan bangsa dalam percaturan nasional dan bangsa. Menjawab tantangan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar maupun yang berhubungan dengan sejauh mana sekolah-sekolah Muhammadiyah mampu mengaktualisasikan misinya selaku sekolah islam ditengah pergeseran dan globalisasi. Sehingga diperlukan proses belajar yang sejalan dengan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi namun juga menenteng siswa menyadari kebesaran Alloh Swt. Itu semua barangkali dapat dipakai sebagi prinsip akhlak dan kenaikan kualitas pendidikan Muhammadiyah bagi pengembangan kualitas sumberdaya manusia. Tantangan Muhammadiyah yang kedua dalam bidang pendidikan ialah problem berkurangnya profesionalisme guru. Hal ini harus secepatnya ditemukan solusinya oleh muhammadiyah untuk menyingkir dari efek negatif kepada kualitas akseptor didik dengan terus mengembangkan kualitas Sumber daya pendidik dan terus menanamkan etos keikhlasan kepada para pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah. Selanjutnya, Muhammadiyah selaku gerakan pendidikan juga harus mampu menghadapi perubahan dan arus globalisasi yang ada terhadap kemungkinan efek jelek yang bisa dialami peserta didiknya. Dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat maka budaya asing akan dengan gampangnya masuk ke dalam kebudayaan Indonesia. Muhammadiyah harus mampu menjadi filter atau penyaring biar kebudayaan asing yang bersifat negatif tidak ikut masuk dan pada kahirnya akan merusak tabiat dan kepribadian pelajar Muhammadiyah. Salah satu yang perlu terus dikembangkankan yakni dengan terus menawarkan materi Al islam Kemuhammadiyahan yang diharapkan mampu menjadi pencerah bagi para pelajar Muhammadiyah serta terus berbagi strategi pembelajaran yang kaya materi tetapi juga kaya motivasi. Hal ini dikarenakan selama ini pendidikan di Indonesia yakni pendidikan dimana akseptor ajar terus disuapi dengan seabreg bahan namun miskin motivasi. Dengan persepsi Islam yang berkemajuan, sumberdaya insan yang bermutu, iktikad masyarakat yang cukup tinggi, pengalaman sosial yang panjang, dan modal sosial yang hebat Muhammadiyah akan bisa menjadi kekuatan pencerahan di negeri ini. Kini dalam memasuki perjalanan periode kedua tuntutannya yaitu bagaimana segenap anggota khususnya kader pimpinan Muhammadiyah, mempergunakan dan memobilisasi seluruh peluangdan tata cara gerakannya untuk tampil menjadi gerakan Islam modern yang unggul di segala lapangan kehidupan salah satunya adalah untuk terus melakukan pengembangan dan perbaikan dalam bidang pendidikan. Transformasi di bidang aliran, pendidikan, kesehatan, ekonomi, dan usaha-usaha lain yang bersifat unggul dan terobosan, Muhammadiyah dituntut untuk terus berkiprah dengan kreatif. Pembaruan gelombang kedua menjadi keniscayaan bagi Muhammadiyah dalam memasuki fase itu. Program Pengembangan Muhammadiyah dalam Bidang Pendidikan, Iptek dan Litbang Dalam rangka menjawab kritikan dan untuk mengembangkan Pendidikan, Iptek dan Litbang maka Muhammadiyah memutuskan Program Kerja dalam bidang Pendidikan yang tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah yang isinya sebagai berikut : Visi Pengembangan Berkembangnya mutu dan ciri khas muhammadiyah yang unggul, holistik dan bertatakelola baik yang didukung oleh pengembangan Iptek dan litbang selaku wujud aktualisasi gerakan dakwah dan tajdid dalam membentuk manusia yang utuh sebagaimana tujuan pendidikan muhammadiyah. Program Pengembangan Mengembangkan tata cara pendidikan Muhammadiyah yang holistik atau menyeluruh selaku kelanjutan dari konsep blueprint pendidikan Muhammadiyah menuju pencapaian pendidikan yang unggul dan utama dimasa depan. Menyusun Roadmap keunggulan pendidikan Muhammadiyah baik tingkat dasar dan menengah maupun sekolah tinggi tinggi dalam aneka macam aspeknya, termasuk pemetaan sumberdaya insani, sentra-sentra kelebihan, akomodasi, manajemen, kepemimpinan, dan lain-lain yang mendukung pengembangan mutu/ keunggilan pendidikan Muhammadiyah ditengah kompetisi yang tinggi. Meningkatkan tugas dan fungsi Muhammadiyah sebagai lembaga pelayan masyarakat dengan membuka dan memperluas kanal dan potensi bagi seluruh masyarakat tanpa memandang suku, bangsa, agama dan kelas sosial untuk mendapatkan pendidikan yang memiliki arti bagi diri, keluarga dan masyarakat. Mengembangkan model-model pendidikan Al Islam dan Kemuhammadiyahan diseluruh jenjang pendidikan yang memperlihatkan pencerahan paham islam dan kesepakatan gerakan Muhammadiyah yang berkemajuan. Mengembangkan mutu kepemimpinan, tatakelola termasuk tatakelola keuangan, peraturan-peraturan yang terpadu dan tolok ukur, pemanfaatan IT, penjaminan kualitas dan aneka macam aspek penting yang lain yang mendukung pengembangan kelebihan pendidikan Muhammadiyah ditingkat sekolah tinggi tinggi maupun dasar dan menengah. Itulah 5 dari 31 poin Program pengembangan pendidikan Muhammadiyah yang tertuang dalam Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Semuanya mengarah pada perbaikan dan pengembangan pendidikan Muhammadiyah. BAB III PENUTUP Kesimpulan Setelah 1 masa Muhammadiyah Muhammadiyah bangun, semakin kompleks saja tantangan yang dihadapi Muhammadiyah khususnya dalam bidang pendidikan. Tantangan yang dihadapi Muhammadiyah diantaranya adalah Masalah Kualitas Pendidikan, Permasalahan Profesionalisme Guru , Masalah kebudayaan (alkulturasi) , Permasalahan Strategi Pembelajaran , Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi , Tantangan era globalisasi terhadap pendidikan agama Islam di antaranya, ‎krisis watak, Dampak negatif dari kala globalisasi yakni krisis kepribadian. Kemajuan ilmu wawasan dan teknologi yang begitu cepat sudah menunjukkan pengaruh-efek bagi kehidupan kita, baik itu efek konkret maupun pengaruh negatif. Dampak tersebut  menimbulkan bangsa Indonesia melakukan banyak penyimpangan. Di dalam pendidikan, kemuhammadiyahan ialah salah satu upaya yang dibutuhkan. Kemuhammadiyahan berperan aktif untuk mengurus dan memanage efek-dampak jelek yang disebabkan oleh pertumbuhan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi kurangi. Adapun  seni manajemen muhammadiyah yang dipakai dalam menjawab tantangan kurun globalisasi saat ini ialah muhammadiyah harus memberi tanggapan terhadap arus-arus yang dibawa oleh “gelombang” globalisasi dan informasi. Bagaimanapun Muhammadiyah mesti berusaha untuk senantiasa up-to date, jangan sampai stagnan bahkan ketinggalan. Khususnya dalam merealiasasikan Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah amar ma’ruf nahyi munkar perlu startegi yang “senantiasa” baru, supaya objek dari dakwah tersebut mampu lebih “sempurna target”. Dengan program pengembangan yang telah ditetapkan Muhammadiyah dibutuhkan akan mampu memperbaiki dan berbagi kualitas pendidikan Muhammadiyah supaya dapat berkompetisi dengan forum pendidikan swasta yang lain dan bisa memperlihatkan faedah bagi masyarakat Indonesia. DAFTAR PUSTAKA Nashir, Haedar.2011. Muhammadiyah Abad Kedua. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah Zubair, Achmad Charris.2000. Peningkatan Kualitas Pendidikan Muhammadiyah. PP Muhammadiyah: Majelis Tarjih dan pengembangan Pemikiran Islam Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran Islam. 2012. Tanfidz Keputusan Muktamar Satu Abad Muhammadiyah. Jakarta: PP Muhammadiyah www.google.co.id/proyeksidankondisipendidikan muhammadiyah.html diunduh tanggal 3 Mei 2013 Pukul 20.45 WIB www.muhammadiyah.or.id diakses tanggal 3 Mei 2013 Pukul 20.45 WIB www.google.co.id/konsepdasarpendidikanmuhammadiyah.html diunduh tanggal 9 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB www.google.co.id/tantanganyangdihadapimuhammadiyahdalambidangpendidikan.html diunduh tanggal 9 Mei 2013 Pukul 13.00 WIB
Sumber http://worldonstory.blogspot.com


EmoticonEmoticon