Jumat, 25 Desember 2020

Imam Hanafi, Pendiri Mazhab Hanafi Yang Pengusaha Dan Penanam Modal

 Mayoritas penduduk Indonesia adalah penganut agama Islam Imam Hanafi, Pendiri Mazhab Hanafi yang Pengusaha dan Investor

PojokReview - Mayoritas masyarakatIndonesia yaitu penganut agama Islam. Dari kebanyakan penganut agama Islam tersebut, bahkan Asia Tenggara (berdasarkan Wikipedia) kebanyakan ialah penganut mazhab Syafi'i. Mazhab Syafi'i adalah mazhab paling besar dalam fikih Sunni dan dinisbatkan pada Imam Syafi'i. 


Mazhab Syafi'i bahkan diakui oleh negara Malaysia dan Brunai Darussalam sebagai mazhab resmi negara. Mazhab terbesar kedua ialah mazhab Hanafi, yang didirikan oleh Imam Abu Hanifah. Saat ini, negara-negara mirip Mesir, Irak, Syria, Palestina, dan sekitarnya ialah penganut mazhab ini.


Namun, artikel kali ini bukan membicarakan perihal mazhab. Tapi, menjajal mengenal nama Abu Hanifah, pendiri mazhab ini. Abu Hanifah mempunyai nama orisinil Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi, yang lahir di Kufah (Irak) pada tahun 80 H, dan meninggal di Baghdad pada tahun 148 H.


Beliau bahkan berjumpa pribadi dengan "generasi emas" Islam yaitu teman-sobat Nabi Muhammad SAW yang ikut di Perang Badar, salah satunya Anas bin Malik. Imam Hanafi juga menjadi orang pertama yang menyusun kitab fikih, gres dibarengi oleh Imam Syafii, Imam Maliki, Abu Dawud, dan Imam Bukhari.


Imam Hanafi yaitu seorang yang hapal Quran, serta ribuan hadits. Ia juga memelajari ilmu tauhid, metafisika, ilmu kalam, kajian hadits dan periwayatannya, serta aneka macam ilmu Islam lainnya. Namun, ia menentukan konsentrasi di bidang fikih. Imam Hanafi juga diberi julukan Imam Al'Adzhom alasannya adalah menjadi rujukan ulama yang lain, guru besar bagi para ulama, serta sudah menyelesaikan hampir 600 ribu lebih perkara dalam ilmu fikih.


Nama Imam Hanafi juga diketahui sebagai seorang yang menolak menjadi hakim agung di zaman Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur. Penolakan tersebut membuat murka Khalifah Abu Ja'far Al-Mansur, sehingga Imam Hanafi menerima eksekusi cambuk dan dijebloskan ke penjara.


Namun, Amirul Mukminin ini tersadar dengan kesalahannya menghukum Imam Hanafi. Ia bahkan mengganti hukuman tersebut dengan bayaran 30 ribu dirham, atau jikalau dirupiahkan sekitar Rp2,1 Miliar. Imam Hanafi dipulangkan ke rumahnya, namun lagi-lagi ia menolak bayaran selaku ganti rugi tersebut. Hasilnya, lagi-lagi khalifah menghukumnya dengan eksekusi penjara rumah.


Kejadian tersebut terjadi di akrab ajal Imam Hanafi. Imam Hanafi yang sakit keras lalu didatangi oleh Khalifah dan meminta maaf atas apa yang pernah dilakukannya pada Imam Hanafi. Tidak lama lalu, Imam Hanafi meninggal dan lebih dari 50 ribu orang menyalatkannya sehingga perlu waktu 6 putaran yang sesak.


Nama Imam Hanafi juga disanjung oleh tiga imam besar yang lain, Imam Maliki, Imam Syafii dan Imam Hambali. Mereka nyaris satu usulan bahwa Imam Hanafi ialah orang yang bagus, mementingkan Allah di atas semuanya. Imam-imam lainnya juga mengakui kecerdasan Imam Hanafih di bidang ilmu fikih. Bahkan Imam Syafii pun mengatakan bahwa siapa yang belum memelajari buku Abu Hanifah, maka dia belum belajar fikih.


Pebisnis dan Investor


Abu Hanifah atau Imam Hanafi mengikuti jejak Nabi Muhammad dan Khadijah selaku penjualatau usahawan. Imam Hanafi juga dikenal membangun infrastruktur untuk mendapatkan rezeki yang halal. Maka wajar jikalau rata-rata penganut mazhab Hanafi ialah seorang usahawan, penanam modal, dan pedagang.


Bagi pada umumnya penganut mazhab Hanafi, menjadi pebisnis (bila perlu kaya raya) pastinya akan mengakibatkan seorang muslim mampu membantu kerabat-saudaranya yang tertimpa musibah, juga mampu mengerjakan ibadah dengan lancar.


Bayangkan saja, bagaimana cara seorang mampu bederma, berzakat, beribadah haji, dan memberi makan anak yatim apabila beliau kesusahan dalam ekonominya? Karena itu, kesanggupan seorang insan menjadi pebisnis adalah salah satu nikmat dari Allah yang harus dimanfaatkan untuk menolong orang lain.


Bahkan, satu negara yang berisi penuh dengan para pebisnis akan menyebabkan negara tersebut jauh lebih sejahtera dan kuat secara finansial.


Itulah kenapa abad keemasan Islam justru memberikan pencapaian yang tinggi di bidang sains, teknologi, ekonomi, literasi, dan sebagainya. Bahkan, bermunculan para filsuf, dan cendikiawan Islam yang hasil ajaran mereka dipakai oleh seluruh dunia. Semua mengikuti jalan yang sudah dibentuk Imam Hanafi.


Para penganut Mazhab Hanafi akil balig cukup akal ini tidak berharap sarat pada keajaiban, tanpa jerih payah. Kerja keras, dengan banyak perhitungan, teknik, ilmu wawasan, dan kecerdasan yakni ciri dari penganut mazhab ini.



Sumber https://www.pojokreview.com/


EmoticonEmoticon