Minggu, 17 Januari 2021

Dongeng Tragis Suku Drevlian Di Rusia: Satu Kesalahan Yang Berbuah Pembantaian



PojokReview.com - Sekitar tahun 880 masehi hingga final kala ke-12, ada sebuah negara bernama Kerajaan Rus Kiev atau dalam bahasa Rusia disebut Kievskaya Rus. Wilayah negara tersebut saat ini tergolong di Negara Belarusia, separuh Rusia bab timur dan juga kawasan Ukraina.


Kerajaan ini hancur lebur di abad ke-13 sebab serangan bangsa Mongol yang dikala itu hampir menguasai sebagian besar benua Asia di bawah pimpinan Genghis Khan. Namun, bukan dongeng tentang kerajaan yang menjadi cikal bakal negara Slavia terbaru tersebut yang akan diulas kali ini. Tapi suatu cerita tragis pembantaian umat insan yang dilakukan oleh kerajaan tersebut.


Adalah suku Drevlian yang menghuni sekitaran Kota kuno Iskoroten, dikala ini termasuk dalam daerah Kota Kiev, Rusia. Sebuah peristiwa menyeramkan terjadi di kota itu dan pelakunya ialah Princess Olga of Kiev, permaisuri di kerajaan Rus Kiev.


Olga of Kiev, meski dikenal selaku salah satu orang suci (saint) dari Rus Kiev namun, beliau juga populer dengan kekejamannya. Ia yaitu pelaku utama pembakaran dan pembantaian ribuan orang di kota Iskoroten, yakni tempat tinggal Suku Drevlian.


Latar Belakang: Kesalahan Suku Drevlian dan Dendam Kusumat sang Permaisuri


Suku Drevlian yang tinggal di kota Iskoroten, berada di dalam kekuasaan Rus Kiev. Jadi, mereka harus mengeluarkan uang pajak alias upeti pada kerajaan. Saat itu, raja Rus Kiev adalah Prince Igor of Kiev.


Prince Igor mendapatkan laporan bahwa suku Drevlian menolak untuk mengeluarkan uang pajak pada kerajaan lagi. Karena itu, Prince Igor sendiri yang turun ke Iskoroten dan mencari pemimpin suku Drevlian untuk menuntut pembayaran pajak yang telah usang tidak dilakukan.


Tapi, sambutan Suku Drevlian pada seorang raja mereka justru tak diduga. Mereka membunuh Prince Igor yang datang ke Iskoroten. 


Pembunuhannya juga sangat kejam! Prince Igor diikat ke suatu pohon yang ditarik dengan tali semoga cenderung ke tanah. Salah satu tangan Prince Igor diikat ke pohon itu, begitu juga salah satu kakinya. Sedangkan tangan dan kaki lainnya diikatkan ke pohon lain yang berskala besar.


Berikut gambaran proses pengikatan Prince Igor ke batang pohon tersebut. 


Lalu, tali yang menahan pohon tersebut biar condong ke tanah pribadi dilepaskan. Maka, Anda tahu apa yang terjadi? 


Yah, tangan dan kakinya sebelah kanan terpesona oleh pohon yang melengkung tersebut. Sedangkan tangan dan kakinya sebelah kiri tertahan oleh satu pohon yang kuat dan tidak bergerak. Itu artinya, tubuhnya terbelah dua ketika tali yang menahan pohon melengkung itu dilepaskan!


Bukan main, kejam sekali yang dilakukan Suku Drevlian. Beberapa sumber menyebutkan bahwa Suku Drevlian sudah tidak mau lagi mengeluarkan uang pajak yang dimaksud dan marah pada raja alasannya adalah terus-saluran dimintai pajak meski sedang ekspresi dominan paceklik.


Saat itu, Prince Igor meninggalkan seorang istri yang masih muda bernama Olga of Kiev. Ia juga meninggalkan seorang anak satu-satunya yang masih berusia sangat kecil. Yah, perlu dicatat juga bahwa usia Prince Igor saat menerima perlakuan kejam tersebut justru sangat muda.


Pangeran dari Drevlian Melamar Olga of Kiev


Namun ulah Suku Drevlian belum cukup hingga di situ. Mungkin kerajaan Kev Rus telah menyadari bahwa raja mereka sudah mati. Tapi, mungkin saja pihak kerajaan masih belum tahu siapa pelakunya.


Tapi, Princess Olga menjadi tahu siapa pelakunya sehabis rajanya tak pulang beberapa lama, datang-tiba ada delegasi dari Kota Iskoroten yang mewakili Prince Mal (Kepala Suku Drevlian) untuk melamar Olga of Kiev.


Saat itu, Olga of Kiev menjadi ratu sementara, alasannya anak mereka masih terlalu kecil untuk mengambil alih ayahnya. Maka, dendam sang ratu pada suku Drevlian jadinya mulai memanas. Terlebih, seiring berjalannya waktu, Olga of Kiev tahu bahwa suaminya dibunuh dengan cara yang begitu kejam dan menjadi tontonan orang ramai.


Utusan yang datang untuk melamarnya itu diterima dengan baik, kemudian dibiarkan masuk istana. Sampai ke dalam istana, mereka dikepung hingga tidak bisa keluar. Utusan yang datang ini lalu dimasukkan ke dalam lubang kemudian dikubur hidup-hidup oleh prajurit atas perintah Olga of Kiev.


Pembantaian dan Pembakaran Kota


Suku Drevlian tak tahu kenapa utusan yang diantarkan tidak juga kembali. Padahal, telah terlalu usang mereka pergi.


Maka, delegasi yang kedua berisikan puluhan serdadu kembali datang ke istana masih dalam misi yang serupa; melamar Olga of Kiev.


Olga of Kiev mengantarkan surat pada suku Drevlian (bahkan sebelum para delegasi datang) yang berisi ia akan menjawab lamaran tersebut di Iskoroten, di kawasan di mana suaminya menghembuskan nafas terakhir. Karena itu, Olga of Kiev berniat tiba ke kediaman Drevlian untuk membuat acara perjamuan, minum anggur dan berdoa selaku bentuk rasa berkabung atas meninggalnya Prince Igor.


Surat balasan tiba, bahwa Suku Drevlian siap menerima kedatangan Olga of Kiev lewat surat yang diantaroleh burung merpati. Saat itu, delegasi kedua untuk melamar Olga of Kiev datang di istana.


Sebelum masuk ke istana, para delegasi ini diajak ke suatu rumah pemandian untuk bersantai dan melepas lelah seusai perjalanan jauh. Tapi, sehabis semuanya masuk ke dalam rumah pemandian itu, semua pintu dan jendelannya ditutup dan dikunci dari luar. Kemudian, dibakar sampai para delegasi kedua mati terbakar.


Penghancuran Iskoroten dan Pembantaian Suku Drevlian


Puncak dari semua kemarahan Princess Olga of Kiev ditumpahkan di kota Iskoroten, daerah suaminya meregang nyawa dengan cara yang sangat tidak manusiawi itu. Olga of Kiev datang ke Iskoroten dan membuat pesta anggur di sana.


Prajurit yang beliau bawa sungguh banyak, bahkan berlipat-lipat dari jumlah penduduk di Iskoroten. Jelas, Olga of Kiev membawa misi balas dendam. Benar saja, mereka menanti tengah malam hingga para serdadu dan warga Iskoroten, alias para suku Drevlian ini mabuk berat.


Ketika para tentara Drevlian telah mabuk, maka penyerangan dimulai. Atau lebih tepatnya, dibantai. Sejarah mencatat lebih dari 5000 orang, baik itu tentara maupun warga umumdi suku Drevlian yang dibantai tentara kerajaan.


Apakah cukup hingga di situ? Bukankah suku Drevlian telah punah? Ternyata belum cukup. Olga of Kiev masih belum puas jikalau kota yang mengkhianati suaminya itu masih tetap ada dan bangun. Maka, Olga of Kiev memperabukan seluruh kota tersebut.


Cara membakarnya sungguh unik, ia menyiapkan ribuan ekor merpati yang kemudian diikatkan arang yang masih menyala di kakinya. Burung-burung tersebut (yang umumnya mengirimkan surat) kini ditugaskan mengirimkan arang tersebut ke Iskoroten. Lalu, ketika burung-burung itu hingga ke Iskoroten, tidak tunggu waktu lama, maka kota itu berubah menjadi api yang membara.


Maka seorang perempuan bagus bernama Olga of Kiev yang menuntut balas atas kematian suaminya sudah melakukan "abolisi" kepada satu kota sekaligus satu suku di Rusia. Kisah kekejaman itu mampu Anda lihat di Museum kota Kiev, Rusia.


Sumber https://www.pojokreview.com/


EmoticonEmoticon