Di bawah ini diuraikan susunan Sangaji atau raja-raja dan sultan yang sudah memerintah di Negeri Dompu selama kerajaan ini berdiri. Sebelum uraian lebih lanjut disajikan lebih dahulu pemahaman kata Sangaji atau Hawo ra Ninu menurut bahasa tempat yakni:
1. Sangaji,
berasal dari kata Sang Jin dan dalam bentuk lain adalah Sang Dewa. Berarti penjelmaan dan berdasarkan legenda bahwa keturunan raja-raja di dana Dompu berasal dari Sang Jin atau Sang Dewa hanya istilah Sang Dewa tidak dikenal di negeri ini.
Sedangkan di segi lain berasal dari kata Sang Aji yang menggambarkan kharisma seseorang yang memerintah.
2. Hawo ra Ninu
Sangaji berdasarkan etika kebiasaan disebut juga Hawo ra Ninu yang mempunyai arti Pengayom. Pengayom mengandung pengertian yang mendalam, bahwa seorang raja atau seorang sultan tempat berlindung dan bernaung bagi masyarakat.
Sebagai pelindung dan pengayom, maka seorang raja atau sultan mesti mempunyai perilaku mental sebagai berikut:
a. Saninu Dodo Ba Dou Ma Mboto yang mengandung makna cermin bagi orang banyak.
b. Busi Ra Mawo Watu Sara yang mengandung makna bahwa kenyamanan, kebahagiaan, kemakmuran serta kerukunan hidup dari penduduk bergantung sangat dari yang memerintah (Sara').
Kalimat di atas ialah kata-kata khikmah yang mengandung nilai luhur kepribadian dou Dompu di periode itu dalam memperlihatkan doktrin kepada seorang raja yang memerintah dan menjiwai kehidupan penduduk Dompu sampai sekarang ini.
Sebagai Hawo ra Ninu yang dalam penampilannya menjadi Saninu dodo Ba Dou Ma Mboto maka raja memiliki prinsip sebagai berikut:
- Ma Ka ulu wea ncai.
- Ma Ka Ngowo Wea Ngawa.
- Ma Dundu Wea Kontu.
Jika kalimat ini dikaitkan prinsip kepemimpinan Pancasila yang disebut:
- Ing Ngarso Sung Tulodo.
- Ing Madya Mangun Karso.
- Tut Wuri Handayani.
Maka menunjukkan persenyawaan adanya.
c. Di samping memiliki prinsip kepemimpinan sebagaimana disebutkan di atas, maka untuk meraih tujuan kepemimpinannya diperlukan juga syarat-syarat kepemimpinan yang dikenal dengan sebutan "NGGUSU WARU" yang mempunyai arti 8
(delapan) syarat, ialah:
1. Matoa di Ruma lao rasu (taat).
2. Maloa ra bade (bijaksana).
3. Mantiri nggahi kalampa (jujur).
4. Mapoda nggahi paresa (benar).
5. Mambani ra disa (berani).
6. Matenggo ra wale (mampu).
7. Mabisa ra guna (berwibawa).
8. Londo dou mataho (keturunan baik).
Silsilah Keturunan Raja-Raja Dompu Berdasarkan Catatan Harian Kesultanan Dompu
Maka turunan itulah yang tiada putus hingga sekarang kepada Sultan M. Sirajuddin dengan menterinya, maka awal Raja Dompu yakni sebagai berikut:
1. Dewa Bitara Dompu. Anak Bitara Bima. Ibunya anak peri. digelarkan Yang Punya Bata Wawa Dompu.
2. Dewa Indera Dompu. Anak cucu oleh Indera Kemala. Ibunya anak Dewa juga.
3. Dewa Mambora Bisu. Saudaranya Ma Wa'a Indera Dompu. Ibunya anak Dewa juga (cucunya Indera Kemala).
4. Dewa Mambora Belada. Saudaranya Dewa Mambara Bisu (cucunya Indera Kemala).
5. Dewa Yang Punya Kuda, anaknya Mambora Bisu.
6. Dewa Yang Mati di Bima, anaknya Dewa Yang Punya Kuda.
7. Dewa Yang Digelarkan Ma Wa'a La Patu. Dialah yang keluarkan dirinya menjadi raja di Bima. Oleh orang Bima diberi gelar Ma Wa'a Laba.
8. Dewa Ma Wa'a Taho. Kemenakan dari Ma Wa'a La Patu.
9. Syamsuddin. Anak Ma Wa'a Taho. Dialah mulai masuk agama Islam.
10. Jamaluddin. Anak Ma Wa'a Tunggu, Dialah yang mengeluarkan dirinya menjadi raja bicara, masukkan saudaranya. Digelarkan Manuru Dorongao
11. Sirajuddin (Jeneli Dea, Tureli Bolo). Anak Ma Wa'a Tunggu. Dialah yang menggantikan Manuru Dorongao. Digelarkan Manuru Bata. Saat itu mulai erat dengan Belanda (1667).
12. Abdullah Ahmadsyah. Anak Sultan Sirajuddin, ibunya raja paduka. Dialah yang mati di Pelabuhan Kilo, saat pulang dari Batavia. Digelarkan Manuru Kilo
13. Abdul Rasul (Bumi Sorowo). Anak Sultan Sirajuddin, ibunya anak Raja Makassar. Digelarkan Manuru Laju. Dialah yang berani.
14. Usman-Daeng Manambang. Anak Sultan Abdul Rasul. ibunya raja paduka. Ialah yang meninggal di Makassar, dan digelarkan Ma Wa'a Parabo.
15. Abdul Kahar. Anaknya raja perempuan, kerabat dari Sultan Abdul Rasul. Diberi gelar Ma Wa'a Hidi.
16. Syamsuddin Abdul Yusuf. Anaknya Sultan Usman. Digelarkan Ma Wa'a Sampela. Ibunya raja paduka.
17. Kamaluddin. Anaknya Sultan Usman. Ibunya Raja Sumbawa. Diberi gelar Ma Wa'a Iha.
18. Ahmad Alaudin Johansyah. Dialah yang mati di Kambu dikala pulang dari Makassar. Diberi gelar Manuru Kambu.
19. Abdul Kadir (Jaelani Hulu). Anak Manuru Laju-Abdul Rasul 1, ibunya raja paduka. Diberi gelar Ma Wa'a Alus.
20. Abdul Rahman. Anak Sultan Abdul Kadir, ibunya raja paduka. Ialah yang mati di Kempo, saat pergi ke Kempo. Bergelarkan Manuru Kempo.
21. Abdul Wahab (Tureli Dompu). Ibunya tuan Neuhi Tonda. Memakai gelar Admiral Jenderal. Bergelar Ma Wa'a Ca'u.
22. Abdullah I. Anak Sultan Abdul Rahman, ibunya orang dari Ncuhi Ngoco. Digelarkan Ma Wa'a Saninu.
23. Yakub-Daeng Pabela. Saudaranya Sultan Abdullah, ibunya dari Ngoco juga. Dialah yang dikeluarkan oleh orang Dompu ke Mpuri, karena ajaib.
24. Muhammad Tajul Arifin I (1805-1809). Anak Sultan Abdul Wahab, ibunya dari Bali. Digelarkan Ma Wa'a Baharu.
25. Abdul Rasul-Daeng Hau (1809-1857). Anak Sultan Abdul Wahab, satu ibu dengan Sultan Muhammad Tajul Arifin I. Digelarkan Ma Wa'a Bata Baharu (Bata Bou).
26. Muhammad Salahuddin (1857-1870). Anak Sultan Abdul Rasul, ibunya raja paduka. Digelarkan Ma Wa'a adil.
27. Abdullah II (1870-1882). Anak Sultan Muhammad Salahuddin, ibunya raja paduka. Digelarkan Mambora Ba Ncihi Ncawa.
28. Muhammad Sirajuddin (1882-1934). Anak Sultan Abdullah. Ialah yang meninggal di Timor Kupang. Digelarkan Manuru Kupang,
29. Muhammad Tajul Arifin II Sirajuddin (1947-1958). Cucu dari Sultan Muhammad Sirajuddin. Digelarkan Ma Wa'a Sama.
Israil M. Saleh, Sekitar Kerajaan Dompu,2020, buku litera, Yogyakarta h. 43-45
Sumber https://www.mooreyi.com/
EmoticonEmoticon