Senin, 22 Februari 2021

Ekspo Busuk Nyale Lombok Ntb

 

Setiap tanggal dua puluh kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan pu Festival Bau Nyale Lombok NTB

Setiap tanggal dua puluh kesepuluh dalam penanggalan Sasak atau lima hari setelah bulan purnama menjelang fajar di Pantai Seger selalu berlangsung acara menari dan dipadati turis yang ingin menyaksikan program tersebut. Festival ini dinamakan bau nyale, yang dalam bahasa Sasak mempunyai arti menangkap nyale. Nyale yaitu sejenis cacing maritim yang umum hidup di dasar bahari, seperti lubang-lubang watu karang, sedangkan bacin artinya menangkap 

Acara inti dalam bazar ini yaitu menangkap nyale yang cuma timbul setahun sekali di beberapa lokasi tertentu pantai selatan Pulau Lombok. Nyale akan muncul pada pertengahan malam hingga menjelang subuh. Sebelum program di mulai, ditampilkan dulu kesenian dan program tradisional yang dipentaskan masyarakat sekitar. Acara-acara yang ditampilkan, di antaranya berbalas pantun (betandak), pesiar dengan perahu (belancaran), dan pemberian cendera mata kepada orang yang dicintai (Bejambik). Bukan hanya program itu saja, namun masyarakat sekitar mencoba menyuguhkan drama kolosal tentang Putri Mandalika yang menjelma menjadi nyale.

Kegiatan budaya di sebuah tempat nyaris tidak terpisahkan dari mitos, dongeng atau legenda yang meningkat dalam penduduk lokal. Kisah-dongeng tersebut umumnya diceritakan turun-temurun, dari yang bau tanah terhadap yang muda. Masyarakat Pulau Lombok juga mempunyai sebuah pameran bacin nyale yang setiap tahunnya selalu diadakan dan pekan raya ini dilatarbelakangi oleh suatu legenda yang sungguh diandalkan kebenarannya oleh masyarakat setempat, ialah legenda Putri Mandalika dari Kerajaan Tojang Beru. 

Zaman dulu, di selatan Pulau Lombok terdapat kerajaan bernama Tojang Beru. Baginda raja memiliki seorang putri berjulukan Putri Mandalika, beliau sungguh manis dan anggun jelita. Kecantikannya hingga menyebar seantero negeri, hingga sebuah dikala banyak para pangeran dari kerajaan kerajaan besar yang ingin meminangnya menjadi seorang istri. Akan namun, apa daya semua lamaran pangeran ditolak oleh Putri Mandalika. Ada dua pangeran yang sungguh marah atas penolakan ini, mereka yaitu Pangeran Datu Teruna dari Kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari Kerajaan Lipur. Mereka bersaing secara tidak sehat, sampai sebuah dikala mengancam akan menghancurkan Kerajaan Tanjung Beru, bila lamarannya ditolak oleh Putri Mandalika. 

Sang putri tidak bergeming, dia terus melakukan semedi untuk meminta petunjuk dan balasannya ia mendapat ide biar memanggil kedua pangeran dan para rakyatnya pada tanggal 20 bulan 10 (bulan Sasak) untuk berkumpul di pantai Kuta Lombok. Setelah rakyat dan kedua pangeran berkumpul, Putri Mandalika datang menggunakan gaun indah dan beliau tampaksungguh anggun. Kemudian, Sang putri bangun di atas batu karang laut lepas dan mengatakan bahwa ia tidak akan menentukan siapapun untuk mendampinginya, ia ingin mengabdikan seluruh hidupnya untuk rakyat dan memperlihatkan faedah bagi seluruh rakyat Tonjang Beru Untuk itu, beliau akan berubah menjadi nyale yang setiap tahunnya akan menunjukkan manfaat besar bagi masyarakat sekitar. Akhirnya, Putri Mandalika menceburkan diri ke dalam bahari lepas dan ditelan gelombang, badai diikuti kilat yang menggelegar. Kemudian, muncullah sejumlah binatang kecil yang disebut nyale.

Banyak hadirin yang tiba ke Pulau Lombok dari berbagai kawasan cuma untuk menyaksikan situasi riuh dan ramai dikala menangkap nyale. Pada festival ini terlihat situasi kebersamaan di mana penduduk membaur menjadi satu dengan yang lain mencari nyale secara sportif

Bau Nyale ada di 16 pantai yang memanjang sejauh 72 kilometer dari arah timur hingga ke barat di selatan Lombok Tengah, utamanya dikerjakan di Pantai Seger dan sekitarnya. Keindahan pantai ini membuat hati para turis menjadi kagum melihat segala panorama alamnya. Perairan di sekitar Pantai Kuta hingga Pantai Tanjung Aan sangat cocok untuk berenang. Pantai ini terletak di bagian selatan Pulau Lombok, kira-kira 54 km tenggara Kota Mataram. Suasananya damai dan senyap dalam menyambut langkah-langkah di antara pasir putih halus yang membenteng dari ujung barat ke ujung timur dengan puluhan tempat rekreasi mulai dari Pantai Ujung Kelor yang memiliki batas dengan Lombok Timur, hingga Pantai Pengantap di Lombok Barat.

Untuk menuju Desa Kuta, turis bisa menggunakan transportasi umum dari Terminal Mandalika Kota Mataram menuju Praya (Ibu kota Kabupaten Lombok Tengah) yang berjarak kurang lebih 30 km. Dari sana tidak ada yang pribadi menuju lokasi rekreasi balasannya harus menyewa kendaraan beroda empat menuju Desa Kuta.



Sumber https://www.mooreyi.com/


EmoticonEmoticon