Jumat, 08 Mei 2020

Tantangan Kerja Yang Harus Teratasi Oleh Ppic Di Pabrik Garmen

Tantangan Kerja  PPIC Di Pabrik Garmen Production Planning Control Tugas biasa dari PPIC di Pabrik garmen yaitu menerima order dari  bagian merchandising kemudian memutuskan order tersebut bisa  diatasi sehingga mampu melaksanakan pengantaran kepada pembeli (buyer) sempurna waktu sesuai dengan komitmen yang sudah di buat pada saat melakukan pemesanan. Kedengarannya memang sungguh  mudah namun pada kenyataannya, tidak sesimple definisinya  fungsi PPIC  berkaitan erat dengan fungsi Marketing, Purchasing, dan Produksi. Disamping itu Informasi mengenai level of raw material, Work In Process (WIP), Final Product, dan data stock opname   untuk bab Finance khususnya dalam pembuatan pembukuan keuangan perusahaan juga tergolong dalam tanggung jawab  peruPPIC. Gambar gambaran acara buatan   Beberapa perusahaan mampu saja mempunyai gaya manajemen production rencana yang berlainan secara teknis, namun secara biasa fungsi ini mungkin tidak jauh berbeda. Situasi Market menuntut produsen bisa menerapkan strategi operasi yang paling tepat. Salah satu contohnya ialah untuk menekan biaya penyimpanan, customer menuntut produsen menerapkan versi bikinan make to order, dengan kombinasi item product yang tinggi dan reservasi dalam quantity kecil. Faktor ini akan sangat mensugesti model system rencana diperusahaan tersebut., Purchasing, dan Produksi. Disamping itu Informasi tentang level of raw material, Work In Process (WIP), Final Product, dan data stock opname   untuk bagian Finance khususnya dalam pembuatan pembukuan keuangan perusahaan juga tergolong dalam tanggung jawab PPIC .  Seorang PPIC di pabrik garmen tidak selalu  mampu memenuhi planning buatan setiap ketika . Sebab meskipun sudah berusaha semaksimal mungkin untuk mengerjakan dan mengontrol rencana buatan tetapi seringkali tetap saja terjadi hal yang mengejutkan di final shipmen. Karena melakukan pekerjaan selaku PPIC memang ialah pekerjaan yang cukup menantang. Tantangan Departemen PPIC di pabrik garmen Departemen PPIC dari unit buatan garmen bertanggung jawab atas pengiriman sempurna waktu. Umumnya pengantaran dikirim lewat maritim karena merupakan jalur transportasi termurah tetapi bila pengantaran tertunda dan tidak mampu diantarlewat maritim, akan dikirim melalui udara dengan ongkos dari pabrik. Meskipun sangatlah mahal dan mensugesti profitabilitas organisasi dengan buruk tetapi mesti dijalankan untuk menghindari abolisi pesanan. Jika kejadian ini terulang akan mampu menimbulkan hilangnya klien atau konsumen yang berguna. Masalah apapun dalam PPIC mampu menimbulkan rangkaian kejadian tidak mengasyikkan yang mensugesti agenda pengiriman pesanan selanjutnya. Dengan demikian pengendalian produksi harus dilihat selaku fungsi yang tidak dapat dipisahkan dari penyusunan rencana produksi. Pada postingan kali ini kita akan membicarakan berbagai tantangan dalam Perencanaan Produksi dan Pengendalian Produksi dalam pembuatan busana di pabrik garmen. *Penundaan dalam Sumber Bahan Baku dan kesepakatan *Penundaan dalam Persetujuan Sampel *Penundaan Produksi *Merekam dan mengkomunikasikan data yang salah *Gpemeriksaan Pemeriksaan Mutu Akhir 1. Penundaan dalam Pengadaan dan Persetujuan Bahan Baku Bahan baku mesti dibeli oleh pabrik jauh-jauh hari untuk mengakomodasi waktu yang diharapkan dalam inspeksi dan pengujian seperti yang diarahkan oleh pembeli. Sebuah rencana mesti menimbang-nimbang skenario terburuk saat bahan baku yang dibeli gagal dalam pengujian dan pembeli tidak bersedia mendapatkan anomali tersebut. Dalam kasus mirip itu, mesti ada cukup waktu untuk mengubah bahan mentah tanpa menghipnotis operasi selanjutnya. 2. Penundaan dalam Persetujuan Sampel Pentingnya sampel tidak dapat dirusak alasannya adalah pembeli sangat mengikuti proses tersebut. Pembeli tidak akan menerima produk kalau sampel pada tahap mana pun gagal. Umumnya produsen garmen memulai buatan setelah sampel / sampel Segel Emas mendapat persetujuan. Jika persetujuan sampel tertunda maka akan mengakibatkan keterlambatan buatan. Pabrik mendirikan departemen pengambilan sampel terpisah untuk menanggulangi pengambilan sampel secara efektif. Merchandiser bertanggung jawab atas kesepakatan sampel yang sempurna waktu. Seorang PPIC di pabrik garmen mesti memperhatikan kesepakatan(approval) sampel. 3. Penundaan Produksi Produksi dapat tertunda sebab banyak keadaan yang tidak terduga Pemogokan Buruh : Demontrasi buruh membuat buatan bisa berhenti total. Kerusakan Mesin :kerusakan mesin yang tidak segera bisa di tindak lanjuti menciptakan produksi menjadi terhambat Operasi kritis memperlambat efisiensi : Beberapa bagian proses menjahit yang merepotkan harus menerima perhatian khusus dan pastikan put dari proses ini mencukupi sesuai target yang di harapkan. Ketidakhadiran :ketidak hadiran karyawan akan sangat menghalangi proses bikinan terlebih kalo yang tidak hadir bagian proses yang sulit ini akan membuat sasaran turun drastis.sebab operator pengganti tidak senantiasa bisa menguasai pekerjaannya seperti halnya operator yang asli. Bencana alam :Ketika ada petaka aktivitas bikinan akan mendadak terhenti sehingga planning yg di persiapkan tiba tiba berubah menjadi kacau. Produksi terhenti alasannya persoalan mutu : kualitas menjahit yang jelek akan membuat hasil buatan yang rendah bahkan acap kali mampu mengakibatkan buatan terhenti dalam melaksanakan perbaikan sistem produksi. Material belum siap :matrial yang datang terlambat dan juga menciptakan bikinan tidak bisa di mulai tepat waktu. PPIC di pabrik garmen mesti mempersiapkan beberapa penopang untuk menyesuaikan penundaan. Jika penundaan sungguh penting, PPIC harus mengambil tindakan cepat dan membuat amandemen yang diperlukan untuk menentukan bahwa rencana buatan tetap dapat dilakukan. 4. Merekam dan Mengkomunikasikan Data yang Salah Dengan penyusunan rencana yang sempurna, tragedi mampu dicegah. Tapi masalah sederhana bisa merusak bila timbul datang-tiba. Pencatatan data produksi yang salah demi menggelembungkan angka buatan untuk menghindari kemarahan administrasi mampu mengakibatkan peristiwa yang lebih besar lagi. Pabrik harus memakai sistem pelaporan produksi yang besar lengan berkuasa dan tidak mampu diubah-ubah sebab semua keputusan akan didasarkan pada data saja. Pabrik yang berlainan mengikuti metode yang berlawanan untuk merekam data baik secara manual maupun elektro. Pencatatan data yang efektif akan menolong dalam penyusunan rencana yang efektif. 5. Gagal Melakukan Pemeriksaan QA Akhir Setelah pengantaran siap, itu ditawarkan terhadap pembeli QA untuk diperiksa. Inspeksi dilakukan berdasarkan patokan AQL mirip yang diputuskan oleh pembeli. Jika suatu pengiriman gagal dalam pemeriksaan, maka akan dikerjakan pemeriksaan ulang dan ditawarkan terhadap pembeli setelah memperbaiki dilema mutu. Proses ini akan berlanjut sampai pembeli menyetujui pengiriman. Penyaringan ulang kiriman sangat membosankan. Sebagian besar waktu penyaringan ulang mungkin melibatkan membuka belahan yang dibungkus dan menyempurnakan pakaian. Pengerjaan ulang di mana saja dan kapan saja dalam buatan menjadikan pemborosan yang mampu dihindari dengan melaksanakan pekerjaan yang benar untuk pertama kali. Ini dapat menangguhkan pengiriman dan bahkan dapat mengakibatkan pengantaran udara yang sebagian besar merupakan biaya manufaktur.    Kesimpulan Seorang PPIC di pabrik garmen mesti mempunyai waktu cut off 3-7 hari untuk melanjutkan produksi pesanan jikalau pesanan buatan (PO) sudah menuntaskan semua kesepakatan pra-produksi yang diharapkan dan materi bakunya ada di dalam perusahaan. Sebuah proses mampu dirancang dimana merchandiser harus menawarkan sertifikat buatan PO yang memverifikasi semua persetujuan yang diperlukan dan tolok ukur material terhadap perencana sehingga dia dapat menjadwalkan bikinan. Perencana Produksi harus memiliki jaringan perakit yang bagus sehingga beberapa pesanan dapat dialihdayakan untuk mempertahankan kelancaran planning buatan.
Sumber https://pendidikangarment.blogspot.com


EmoticonEmoticon