Kamis, 07 Januari 2021

Beberapa Kawasan Di Indonesia Dengan Pengaturan Waktu Yang Dipaksakan

 Hal yang terpenting dalam dua momentum hari penting bagi umat Islam tersebut adalah waktu Beberapa Daerah di Indonesia dengan Pengaturan Waktu yang Dipaksakan

pojokreview.com - Sebentar lagi masuk bulan bulan rahmat dan Idul Fitri 2021. Hal yang terpenting dalam dua saat-saat hari penting bagi umat Islam tersebut yaitu waktu. Ibadah berpuasa di bulan Ramadan ditentukan waktunya ialah mulai dari terbitnya fajar (masuk waktu Subuh) sampai terbenamnya matahari (masuk waktu Magrib). 


Sedangkan berpuasa tersebut haram dilaksanakan di hari Idul Fitri 2021. Karena itu, pengumuman kapan tepatnya hari Idul Fitri sangat penting dan ditunggu-tunggu. Ada dua macam metode yang digunakan untuk mengenali waktu Idul Fitri, terpenting keduanya berfungsi satu hal; menentukan waktu!


Saking pentingnya perihal waktu ini, bahkan kitab suci umat Islam, Al Alquran juga menyebutkan pentingnya umat untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Waktu menjadi sesuatu yang sungguh penting, sekaligus genting. Waktu menentukan kapan mulai berpuasa, dan kapan pula berbuka. Waktu juga memilih, kapan Idul Fitri dan berakhirnya era berpuasa.


Di Indonesia ada tiga zona waktu, ialah Waktu Indonesia Barat (WIB), Waktu Indonesia Tengah (WITA) dan Waktu Indonesia Timur (WIT). Perbedaan antara WIB ke WITA yaitu 1 jam, begitu juga perbedaan WITA dengan WIT. Selisih waktu antara WIB dengan WIT yaitu 2 jam. Itu memiliki arti, dikala orang-orang di timur Indonesia telah berbuka puasa, memiliki arti orang-orang di barat Indonesia masih harus menunggu 2 jam lagi untuk berbuka.


Namun bukan memiliki arti hal itu tidak menjadikan keanehan atau kita sebut saja "keunikan". Karena, ada beberapa daerah yang bantu-membantu masuk dalam kategori WITA, tetapi tetap menggunakan waktu sesuai WIB. Juga ada beberapa tempat yang bahu-membahu lebih tepat memakai waktu WITA, namun memakai WIT.


Banyuwangi


Contoh yang paling terkenal yakni Banyuwangi, di Jawa Timur. Jarak antara Banyuwangi ke Pulau Bali cuma satu jam kalau naik kapal penyeberangan. Apabila matahari di Bali telah tenggelam, itu mempunyai arti matahari di Banyuwangi juga telah tenggelam. Bila hari sudah gelap di Bali, itu juga memiliki arti hari telah gelap di Banyuwangi.


Namun, apabila di Bali sudah pukul 06.20 WITA (waktu tenggelamnya matahari) maka di Banyuwangi masih pukul 05.20 WIB, tetapi matahari juga telah tenggelam. Pertanyaannya, kenapa Banyuwangi masih menggunakan WIB, bila bantu-membantu zona waktu mereka telah masuk ke WITA?


Apa kerugiannya? Yah, kita anggap saja orang-orang di Banyuwangi masuk kerja atau sekolah pukul 07.30 yang sebetulnya berarti pukul 06.30 di Jakarta. Itu mempunyai arti agar tidak telat, mereka berangkat dari rumah pukul 06.00 yang bahwasanya mempunyai arti pukul 05.00 WIB di Jakarta. Berarti pukul berapa sebetulnya mereka bangkit? Yah, tepatnya sekitar pukul 04.00 - 04.30 WIB, saban hari.


Namun masalahnya timbul sebab waktu malam mereka bantu-membantu tiba lebih cepat, tetapi jam masih memperlihatkan pukul 05.20 WIB. Harusnya, orang-orang yang bangun tidur pukul 04.00 WIB pagi, setidaknya tidur pukul 22.00 WIB biar tercapai istirahat sekitar 6 jam. Namun, kebanyakan orang di Banyuwangi memang tidur di pukul 22.00 - 23.00 yang bahu-membahu pukul 23.00 - 00.00 WIB waktu Jakarta!


Yah, itu bermakna waktu istirahat rata-rata orang-orang di Banyuwangi lebih minim dari orang di Bali, tergolong di Jakarta! 


Bagaimana dengan bulan bulan ampunan di Banyuwangi? Yah, berlainan dengan pada umumnya penduduk di zona Waktu Indonesia Barat, di Banyuwangi, waktu subuh masuk di pukul 04.06 WIB dan waktu magrib masuk di pukul 17.15 WIB. Yah, bukankah di pukul 04.06 itu masih terlalu gelap di pecahan bumi barat Indonesia, dan pukul 17.15 itu masih terlalu terang untuk masuk klasifikasi magrib? Tapi sekali lagi, di Banyuwangi, waktunya lebih seperti dengan Waktu Indonesia Tengah yang "dipaksakan" tetap memakai WIB.


Barito Utara


Selain itu, ada yang lebih gila lagi, terjadi di Pulau Kalimantan. Tepatnya, perbatasan antara Kalimatan Tengah dengan Kalimantan Selatan. Waktu yang cukup unik didapatkan di Kabupaten Barito Utara (Kalimantan Tengah) yang berbatasan pribadi dengan Kabupaten Kutai Barat di sebelah Timur dan Kabupaten Tebalong di sebelah Selatan. Kutai Barat maupun Tebalong berada di Provinsi Kalimantan Selatan.


Matahari terbit di Kabupaten Barito Utara pada pukul 05.13 WIB, sedangkan di Kabupaten Tabalong ialah pukul 06.11 WITA. Ada selisih hampir satu jam dari kedua kabupaten yang bertetangga ini untuk matahari terbit?


Kemudian, waktu magrib jatuh pada pukul 17.20 WIB di Barito Utara dan pukul 18.18 WITA di Tabalong. Coba hitung, untuk waktu Magrib mereka juga hampir selisih satu jam? Padahal kedua kabupaten ini bertetangga?


Dan itu mempunyai arti, kalau Anda berkunjung dari Tabalong ke Barito Utara dengan jarak tempuh dua jam perjalanan, Anda harus mengubah jam Anda. Yah, misalnya dari Tabalong Anda berangkat pukul 07.00 pagi, kemudian tiba di Barito Utara pukul 09.00 pagi, maka Anda harus mengubah jam tangan Anda ke pukul 10.00 WIB pagi.


Karena itulah, bergotong-royong kawasan Kabupaten Barito Utara di Kalimantan Tengah itu lebih cocok memakai atau dimasukkan dalam zona waktu Indonesia Tengah (WITA). Tidak tahu apa sebab, kenapa kabupaten tersebut tetap menggunakan Waktu Indonesia Barat. Kasusnya sama seperti Banyuwangi di Jawa Timur, bukan?


Karena hal tersebut bisa kuat juga pada kesehatan warganya. Sama seperti di Banyuwangi, sebetulnya berisiko memiliki waktu kerja yang lebih banyak dan waktu istirahat yang terlalu sedikit. 


Mungkin masih banyak lagi pengaturan waktu yang dipaksakan di beberapa tempat lain di Indonesia. Apakah Anda mencicipi hal yang sama di tempat Anda? Kalau iya, coba bagikan pada PojokReview, yah.


Sumber https://www.pojokreview.com/


EmoticonEmoticon