Kamis, 11 Februari 2021

Legenda Sang Mahapatih Gajah Mada : Spekulasi Asal Seruan Gajah Mada

 

Klaim asal usul kapan dan di mana Gajah Mada lahir menjadi spekulasi dari berbagai daerah  Legenda Sang Mahapatih Gajah Mada :  Spekulasi Asal Usul Gajah Mada

Klaim asal ajakan kapan dan di mana Gajah Mada lahir menjadi spekulasi dari banyak sekali daerah di Nusantara, mulai dari Jawa, Kalimantan Sumatra, hingga Dompu.

GAJAH MADA yakni salah satu tokoh besar pada zaman kerajaan Majapahit. Menurut berbagai kitab dari zaman Jawa Kuno, beliau menjabat sebagai Patih (Menteri Besar), kemudian Mahapatih (Perdana Menteri) yang mengirimkan Majapahit ke puncak kejayaannya. Dia populer dengan sumpahnya, yakni Sumpah Palapa, yang menyatakan bahwa ia tidak akan memakan palapa sebelum sukses menyatukan Nusantara. Di Indonesia pada periode kini, beliau dianggap selaku salah satu pendekar penting dan merupakan simbol nasionalisme.

Awal karir

Menurut Pararaton, Gajah Mada memulai karirnya di Majapahit sebagai komandan pasukan khusus Bhayangkara. Karena berhasil menyelamatkan Prabu Jayanagara (1309-1328) dan menangani Pemberontakan Ra Kuti, beliau diangkat selaku Patih Kahuripan pada tahun 1319. Dua tahun kemudian ia diangkat selaku Patih Kediri Pada tahun 1329, Patih Majapahit ialah Aryo Tadah (Mpu Krewes) ingin mengundurkan diri dari jabatannya. Dia menunjuk Patih Gajah Mada dari Kediri sebagai penggantinya. Patih Gajah Mada sendiri tidak langsung menyetujui. Da ingin membuat jasa dulu pada Majapahit dengan menaklukkan Keta dan Sadeng yang ketika itu sedang melaksanakan pemberotakan terhadap Majapahit. Keta dan Sadeng pun akhimya takluk. Akhimya, pada tahun 1334, Gajah Mada diangkat secara resmi oleh Ratu Tribhuwanatunggadewi sebagai Patih Majapahit.

Sumpah Palapa

Pada waktu pengangkatannya, ia mengucapkan Sumpah Palapa, yang berisi bahwa ia akan menikmati palapa atau rempah-rempah (yang diartikan kenikmatan duniawi) jikalau telah sukses menaklukkan Nusantara. Sebagaimana tercatat dalam kitab Pararaton. "Sira Gajah Mada pepatih amungkubumi tan ayun amukti palapa, sira Gajah Mada: Lamun huwus kalah nusantara ingsun amukti palapa, lamun kalah ring Gurun, ring Seram, Tañjungpura, ring Haru, ring Pahang, Dompu, ring Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, samana ingsun amukti palapa"Gajah Mada sang Mahapatih tak akan menikmati palapa, berkata Gajah Mada, "Selama aku belum menyatukan Nusantara, aku takkan menikmati palapa. Sebelum aku menaklukkan Pulau Gurun, Pulau Seram, Tanjungpura, Pulau Haru, Pahang, Dompu, Pulau Bali, Sunda, Palembang dan Tumasik, saya takkan merasakan palapa.

Walaupun ada sejumlah (atau bahkan banyak) orang yang mewaspadai sumpahnya, Patih Gajah Mada memang nyaris sukses menaklukkan Nusantara. Bedahulu (di Bali) dan Lombok (1343). Palembang, Swarnabhumi (Sriwijaya), Tamiang, Samudra Pasai, dan negeri-negeri lain di Swarnadwipa (Sumatra) telah ditaklukkan. Lalu Pulau Bintan, Tumasik (Singapura), Semenanjung Malaya, dan sejumlah negeri di Kalimantan seperti Kapuas, Katingan, Sampit, Kotalingga (Tanjunglingga). Kotawaringin, Sambas, Kendawangan, Landak, Samadang. Tirem, Sedu, Brunei, Kalka, Lawai, Saludung, Solok, Pasir, Barito, Sawaku, Tabalung, Tanjungkutei, dan Malano.

Di zaman pemerintahan Prabu Hayam Wuruk (1350-1389) yang menggantikan Tribhuwanatunggadewi, Patih Gajah Mada terus menyebarkan penaklukan ke wilayah timur mirip Logajah, Gurun, Sukun, Taliwung, Sapi, Gunungapi. Seram, Hutankadali. Sasak, Bantayan, Luwu, Makassar, Buton, Banggai, Kunir, Galiyan, Salayar, Sumba, Muar (Saparua), Solor, Bima, Wandan (Banda). Ambon, Wanin, Seran. Timor, dan Dompo. Perang Bubat

Dalam Kidung Sunda [3] diceritakan bahwa Perang Bubat (1357) bermula dikala Prabu Hayam Wuruk hendak menikahi Dyah Pitaloka putri Sunda sebagai permaisuri. Lamaran Prabu Hayam Wuruk diterima pihak Kerajaan Sunda, dan rombongan besar Kerajaan Sunda datang ke Majapahit untuk melangsungkan akad nikah agung itu. Gajah Mada yang mengharapkan Sunda takluk, memaksa menginginkan Dyah Pitaloka selaku persembahan legalisasi kekuasaan Majapahit. Akibat penolakan pihak Sunda perihal hal ini, terjadilah pertempuran tidak sebanding antara pasukan Majapahit dan rombongan Sunda di Bubat; yang ketika itu menjadi kawasan penginapan rombongan Sunda. Dyah Pitaloka bunuh diri sesudah ayahanda dan seluruh rombongannya gugur dalam pertempuran. Akibat kejadian itu, Patih Gajah Mada dinonaktifkan dari jabatannya.

Dalam Nagarakertagama diceritakan hal yang sedikit berlawanan. Dikatakan bahwa Hayam Wuruk sangat menghargai Gajah Mada selaku Mahamantri Agung yang wira, bijaksana, serta setia berbakti kepada negara. Sang raja menganugerahkan dukuh "Madakaripura yang berpemandangan indah di Tongas, Probolinggo, kepada Gajah Mada. Terdapat pertimbangan yang menyatakan bahwa pada 1359, Gajah Mada diangkat kembali selaku patih; hanya saja beliau memerintah dari Madakaripura.

Akhir Hidup

Disebutkan dalam Kakawin Nagarakretagama bahwa sekem balinya Hayam Wuruk dari upacara keagamaan di Simping, beliau menjumpai bahwa Gajah Mada telah sakit. Gajah Mada disebutkan meninggal dunia pada tahun 1286 Saka atau 1364 Masehi.Hayam Wuruk lalu memilih enam Mahamantri Agung, untuk berikutnya membantunya dalam menyelenggarakan segala problem negara. Warisan budaya

Sebagai salah seorang tokoh utama Majapahit, nama Gajah Mada sungguh terkenal di penduduk Indonesia kebanyakan. Pada periode permulaan kemerdekaan, para pemimpin antara lain Sukarno sering menyebut sumpah Gajah Mada selaku inspirasi dan "bukti bahwa bangsa ini dapat bersatu, walaupun mencakup daerah yang luas dan budaya yang berlainan-beda. Dengan demikian, Gajah Mada ialah wangsit bagi revolusi nasional Indonesia untuk usaha kemerdeka annya dari kolonialisme Belanda.

Spekulasi Asal-Usul

Tidak diketahui sumber sejarah perihal kapan dan di mana Gajah Mada lahir. Beberapa spekulasi perihal asal Gajah Mada menurut legenda nusantara ialah selaku berikut:

Jawa

Ada yang berpendapat bahwa ia berasal dari daerah Modo (Lamongan), alasannya di kawasan ini banyak ditemukan prasasti-prasasti yang disangka kuat peninggalan Majapahit, termasuk adanya beberapa makam antik serdadu dan makam kuno yang disangka masyarakat lokal selaku makam ibunda Gajah Mada, yakni Nyai Andong Sari. Selain itu kawasan ini terstruktur rapi, sehingga mirip suatu bekas tanah perdikan.

Sumatra

Pendapat lain meyakini bahwa Gajah Mada berasal dari Sumatera, alasannya adalah menurut pakar sejarah Dr. Imran (siapa?), di dalam Bahasa Jawa tidak dikenal perumpamaan Gajah Mada. Kata Gajah dan Mada berasal dari Bahasa Melayu (Minang).[tumpuan?] Kata Mada artinya berhati keras tidak inginsurut sebelum cita-citanya tercapai. Itu tercermin dari sifat Gajah Mada yang dicerminkan pada Sumpah Palapanya.

Dompu, Nusa Tenggara Barat.

Masyarakat Dompu percaya jikalau Gajah Mada berasal dari daerah ini, mengenang kemiripan dengan tokoh legenda masyarakat Dompu ialah "ombu Mada Ro'o Fiko". Ombu artinya tebal/besar. Mada artinya mata, Roo dan. Fiko artinya telinga. Jadi ditafsirkan sebagi Tuan Mada bertelinga lebar (seperti gajah). Di daerah ini juga terdapat kuburan kuno yang diyakini selaku makam Gajah Mada. (Rade Gajah Mada/Makam Gajah Mada) terletak di Desa Hu'u kecamatan Hu'u Dompu.

Kalimantan Barat

Ada pula yang meyakini Gajah Mada itu ialah orang Dayak, Kalimantan Barat, yaitu dari sebuah kampung di Kecamatan Toba, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat. Sebagian masyarakat Dayak mempercayai hal ini berhubungan dengan kisah masyarakat Dayak Tobag, Mali, Simpang dan Dayak Krio. Tokoh Gajah Mada di Dayak Krio diketahui dengan nama Jaga Mada, tetapi masyarakat Dayak yang lain menyebutnya Gajah Mada. la dianggap merupakan salah satu Demung Adat yang diutus kerajaan Kutai untuk menjajah Nusantara termasuk Jawa.


Sumber https://www.mooreyi.com/


EmoticonEmoticon