Rabu, 10 Februari 2021

11 April 1815 ; Tambora Meletus Dan Hari Jadi Kabupaten Dompu










 Tambora Meletus dan Hari Jadi Kabupaten Dompu 11 April 1815 ; Tambora Meletus dan Hari Jadi Kabupaten Dompu


TAMBORA MELETUS (11 April 1815, Hari lahir Dompu) 

Gunung Tambora yang meletus pada 10-11 April 1815, dalam catatan sejarah Dompu, Letusan Tambora menyebabkan tiga kerajaan kecil (Pekat, Tambora, dan Sanggar) yang terletak di sekitar Tambora tersebut musnah. Ketiga wilayah kerajaan kecil itu pun kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Dompu dan sebagian (Sanggar) masuk wilayah

Bima. Pertambahan wilayah Kesultanan Dompu tersebut dinilai merupakan sebuah mengambarkan kelahiran gres bagi Dompu Baru, adalah perubahan antara Dompu Lama ke Dompu Baru. Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran wilayah Dompu yang bertambah luas daerahnya. Letusan Tambora yang paling dahsyat yaitu letusan pada tanggal 11 April 1815 yang menyebabkan beberapa Kerajaan kecil yang terletak di sekeliling Tambora menjadi sasaran empuk petaka tersebut sehingga 3 Kerajaan kecil tersebut musnah. Pralaya (Malapetaka) tersebut tampaknya di satu segi memiliki dampak aktual bagi pertumbuhan sejarah Kerajaan Dompu, sebab sehabis sekian tahun lamanya dalam pertumbuhan daerah Kerajaan (Kesultanan) Dompu justru bertambah luas wilayahnya alasannya bekas 3 Kerajaan kecil yang musnah balasan letusan Tambora tersebut kesudahannya masuk kedalam wilayah Kerajaan (Kesultanan) Dompu hingga sekarang ini. Dengan bertambahnya wilayah Kesultanan Dompu tersebut (Pekat, Tambora dan sebagian daerah Kerajaan Sanggar) maka moment tersebut dinilai merupakan suatu menandakan kelahiran baru bagi DOMPU BOU (Dompu Baru), adalah pergantian antara Dompu Lama dan Dompu Baru.

Hari lahir kabupaten Dompu

Peristiwa tersebut menggambarkan kelahiran daerah Dompu yang bertambah luas daerahnya. Pada 11 April 1815 Tambora meletus dengan dahsyatnya, balasan letusan Tambora kawasan Dompu dikemudian hari bertambah luasnya mencakup bekas Kerajaan Pekat, dan Kerajaan Tambora. DOMPU YANG BARU pun kesudahannya lahir. Peristiwa 11 April 1815 tersebut kesudahannya di jadikan kriteria dan dasar yang kuat sehingga 11 April 1815 di jadikan sebagai hari lahir atau hari jadi DOMPU. Selanjutnya lewat perda (Perda) No.18 tanggal 19 Bulan Juni 2004 ditetapkan bahwa tanggal 11 April 1815 selaku hari lahir/hari jadi kabupaten Dompu.

Barang Pecah Belah Situs Kerajaan Tambora Ditemukan Tim Survei Identifikasi Situs Akibat Letusan Gunung Tambora mendapatkan lagi bekas bangunan di lokasi Kerajaan Tambora. Jika semula ditemukan butiran beras, kini didapatkan barang pecah belah dari keramik dan gerabah serta butiran padi yang telah jadi arang Benda-benda tersebut berada di reruntuhan bangunan dari dinding atap, balok kayu, dan lokasi galian sekitar 1,5 meter. "Temuan ini memberikan adanya bekas lumbung padi di antara permukiman penduduk,"kata Wakil Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Nusa Tenggara Barat, Heryadi Rachmat, terhadap Tempo di Mataram, Anggota tim di antara arkeolog dari Balai Arkeologi Denpasar Made Geria dan geolog Indyo Pratono dari Museum Geologi Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral di Bandung. Gunung Tambora ialah gunung api aktif strato tipe A dengan ketinggian 2.851 meter di atas permukaan maritim. Gunung ini memiliki kaldera bergaris tengah bibir 7 kilometer dan dasar kawah 3.500 kali 4.000 meter. serta mempunyai kedalaman mencapai 950 meter. Letusan Gunung Tambora berakibat terbentuknya lubang sedalam satu kilometer dan radiusnya tujuh kilometer, diketahui sudah menyirna kan tiga kerajaan setempat di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima.. Yaitu Kerajaan Pekat, Sanggar, dan Tambora yang merupakan taklukan dari Kerajaan Bima. Menurut Heryadi, letusan gunung ini pada 10-12 April 1815. 

Taukah anda ihwal ledakan gunung Vesuvius yang terjadi pada 79 m.? letusan gunung tersebut meneggelamkan suatu kota yang ada di romawi yang bernama pompei selama 1600 tahun. Dari isu yang di mampu dari Harun Yahya, disitu dikatakan bahwa letusan gunung tersebut membunuh seketika orang-orang di kota Pompei, ini di buktikan dari temuan jenazah orang yang lagi makan di meja makan bersama keluarganya dan banyak lagi bukti lain. Ternyata tidak cuma vesuvius yang memiliki letusan yang dahsyat, di Dompu pun pernah terjadi letusan gunung yang sungguh dahsyat yang berjulukan gunung Tambora. 

 tahun 1815, gunung tambora mengalami letusan dahsyat, gemuruh yang dihasilkan gunung tambora terdengar hingga makasar, Batavia (Jakarta), Ternate dan hingga Sumatra yang jaraknya lebih dari 2600 km dari Tambora. Letusan mengakibatkan gempa vulkanik lebih kurang lebih 7 SR. Akibat letusan Tambora antara lain Tsunami besar menyerang pantai beberapa pulau di Indonesia pada tanggal 10 April. dengan ketinggian di atas 4 m di anggar pada pukul 10:00 malam. Tsunami setinggi 1-2 m dikaoirjab terjadi di Besuki, Jawa Timur sebelum tengah malam dan tsunami setinggi 2 m terjadi di Maluku. Tinggi asap letusan mencapai stratosfer, dengan ketinggian lebih dari 43 km. Partikel abu jatuh 1 sampai 2 minggu sehabis letusan, tetapi terdapat partikel abu yang tetap berada di atmosfer bumi selama beberapa bulan sampai bertahun-tahun pada ketinggian 10-30 km. Angin bujur berbagi partikel tersebut di sekeliling dunia. menciptakan terjadinya fenomena. Matahari terbenam yang berwarna dan senja terlihat di London, Inggris di antara tangal 28 Juni dan 2 Juli 1815 dan 3 September dan 7 Oktober 1815 Pancaran cahaya langit senja muncul berwarna orange atau merah di dekat ufuk langit dan ungu atau merah muda di atas.

Penelitian vulkanologi Gunung Tambora dipimpin oleh Haraldur Sigurdsson, seorang pakar vulkanologi dari Rhode Island University Amerika, yang sedang menggeluti fenomena Tambora sejak 20 tahun lalu. Beberapa kali ia tiba ke Indonesia dalam rangka meneliti, dan dalam kunjungannya pada tahun 2004 setelah menerima berita dari penduduk lokal yang pernah disewanya bahwa sekitar 25 km di sebelah Barat gunung didapatkan benda-benda kuna. Ia menjajagi suatu parit yang memotong deposit batuan dan debu vulkanik setebal sekitar 3 meter. Di situ beliau menyaksikan sisa-sisa pemukiman berupa potongan tembikar dan kayu yang terkarbonisasi. Dengan pertolongan radar, ia berhasil melokalisir adanya sisa bangunan yang tertimbun lapisan vulkanik setebal tiga meter dan lalu menggalinya. Dari penggaliannya itu, selain sukses menampakkan sketsa rumah, beliau menemukan balok balok kayu yang terkarbonisasi, tembikar, keramik, peralatan rumah tangga dan komplemen dari logam perunggu, dan yang paling menarik yaitu 2 kerangka manusia yang utuh; semuanya berkonteks dengan bangunan.

Sungguh ialah suatu kewajaran apabila ilmuwan volkanologi dari seluruh dunia kepincut pada letusan Gunung Tambora. Gunung api yang tingginya +2821 meter d.p.1 ini sepanjang sejarah umat manusia, tercatat pernah meletus sehebat-hebatnya pada 11,12 dan 14 April 1815. Kedahsyatan letusan diceriterakan oleh Khatib Lukman dalam Syair Kerajaan Bima (ditulis tahun 1830): "Hijrat Nabi SAW. 1230 pada hari Selasa waktu subuh sehari bulan Jumadilawal tatkala tanah Bima tiba takdir Allah melakukan kodrat iradat atas hamba-Nya. Maka gelap berbalik lagi lebih daripada malam itu, kemudian maka berbunyilah seperti suara meriam orang perang, kemudian maka turun lahar segala watu dan abu seperti dituang, lamanya dua tiga hari dua malam.. Demikianlah adanya, yaitu pecah gunung Tambora menjadi habis mati orang Tambora dan Pekat pada era Raja Tambora berjulukan Abdul Gafur dan Raja Pekat bernama Muhammad"

Demikianlah kejadian meletusnya Gunung Tambora mirip yang ditulis dalam syair sejarah tersebut. Korban harta benda dan manusia demikian banyak. Tepat sebelum Tambora meletus Zollinger, peneliti Belanda tahun 1800-an memperkirakan seluruh Sumbawa berpenduduk 170.200 jiwa, masing-masing 90.000 di Kerajaan Bima, 60.000 di Kerajaan Sumbawa, 10.000 di Kerajaan Dompo, 6.000 di Kerajaan Tambora, 2.200 di Kerajaan Sanggar, dan 2.000 di Kerajaan Papekat. Jumlah penduduk tersebut berkurang lebih dari separuhnya selaku akibat tragedi Tambora. Sejak kurun ke-19, konon Nusantara sudah menarik perhatian para orientalis asal Eropa, terutama yang berkebangsaan Inggris dan Belanda. Mereka datang ke Nusantara dengan membonceng politik penjajahan pemerintahnya.






Sumber https://www.mooreyi.com/


EmoticonEmoticon