Jumat, 12 Februari 2021

Dompu Pada Zaman Ncuhi Dan Kerajaan


DOMPU, konon pada kala ke-14 telah mulai disebut-sebut sebagai salah satu Kerajaan yang berada di wilayah pulau Sumbawa. Dalam buku Negara kertagama tulisan Mpu Prapanca (Zaman kerajaan Majapahit periode pemerintahan raja Hayam Wuruk), nama Dompo (Dompu) bahkan disebut dalam Sumpah Palapa patih Gajah Mada sekitar tahun 1331 M yang berbunyi: SIRA GAJAH MADA PATIH AMANGKUBHUMI TAN AYUN AMUKTI PALAPA, SIRA GAJAH MADA: "LAMUN HUWUS KALAH NUSANTARA ISUN AMUKTI PALAPA, LAMUN KALAH RING GURUN, RING SERAN, TANJUNG PURA, RING HARU, RING PAHANG, DOMPO, RING BALI, SUNDA, PALEMBANG TUMASIK, SAMANA ISUN AMUKTI PALAPA". (Saya Gajah Mada Patih Amangkubumi tak ingin melepaskan puasa. Saya Gajah Mada, "Jika sudah mengalahkan Nusantara, aku (gres akan melepaskan puasa. Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo (Dompu - NTB), Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya gres akan melepaskan puasa")

Tahun 1331, Maha patih Gajah Mada dalam sumpah kesatrianya menyebut nama Dompo (Dompu), salah satu kerajaan yang terletak di pulau Sumbawa untuk di taklukkan menjadi bagian dari kerajaan Majapahit di pulau Jawa. Kenapa sang Gajah Mada ingin menaklukkan Dompu selaku wilayah kerajaan jajahan di bawah panji kerajaan Majapahit? Berbagai sumber menyebutkan alasan Gajah Mada menaklukkan Dompu dikala itu, di antaranya bahwa Dompu masa itu ialah salah satu kerajaan di wilayah timur dikenal selaku tempat yang sungguh subur/makmur. Maka tidak aneh ketika Gajah Mada akan melakukan ekspedisinya untuk menaklukkan seluruh kerajaan di bab timur Nusantara, maka kerajaan Dompu dijadikan selaku daerah atau wilayah untuk lumbung pangan (Stok logistic) bagi persediaan bahan masakan para pasukan tempur kerajaan Majapahit.

Apapun alasannya adalah, yang jelas Dompu pada sekitar abad ke-14 telah disebut-sebut selaku salah satu wilayah kerajaan yang berada di wilayah pulau Sumbawa. Sebelum terbentuknya kerajaan, bahkan dua orang pakar/mahir arkeologi adalah DR. Haris Sukandar dan Dra. Ayu Kusumawati dari Pusat Balai Penelitian Arkeologi dan Purbakala dalam penelitian arkelogi di wilayah Kabupaten Dompu beberapa waktu kemudian menyatakan bahwa, Kerajaan Dompu merupakan salah satu kerajaan yang paling tua utamanya di kawasan Indonesia Bagian Timur. Salah bukti penelitiannya yaitu ditemukannya komplek situs Nangasia yang terletak di pesisir pantai La Key Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu NTB. Hasil temuan di komplek situs Nangasia berupa barang-barang peninggalan seperti gerabah dan perlengkapan sehari-hari bagi masyarakatlokal yang diperkirakan usiannya sekitar 2.500 tahun SM. Artinya bahwa, jauh sebelumnya di Dompu telah ada kehidupan peradaban manusia. Selain itu, para peneliti juga mendapatkan beberapa situs purbakala berupa kerikil kubur serta situs Wadu Kadera (kursi raja/Ncuhi yang yang dibuat dari kerikil alam).

Cerita legenda di tengah-tengah masyarakat Dompu disebutkan. berdasarkan catatan sejarah di Dompu, sebelum terbentuknya kerajaan di daerah tersebut, telah berkuasa beberapa kepala suku yang disebut sebagai "Ncuhi" atau raja kecil. Ada 5 (Lima) Ncuhi yang terkenal ketika itu yaitu, Ncuhi Hu'u dan Ncuhi Daha yang berkuasa di tempat Hu'u (sekarang Kecamatan Hu'u), Ncuhi Saneo yang berkuasa di kawasan Saneo dan sekitarnya (sekarang Kecamatan Woja). Ncuhi Nowa berkuasa di Nowa dan sekitarnya serta Ncuhi Tonda berkuasa di Tonda (kini kawasan Desa Riwo Kecamatan Woja Dompu). Menurut cerita rakyat setempat, konon tersebutlah di negeri Woja berkuasa scorang Ncuhi Kula yang memiliki anak perempuan berjulukan Komba Rawe. Ncuhi tersebut kemudian diketahui dengan nama Ncuhi Patakula. Cerita rakyat setempat menyebutkan, putra raja Tulang Bawang (berasal dari daerah Sumatera) terdampar di kawasan Woja dalam pengembaraannya, tepatnya di wilayah Woja bab timur. Kemudian putra raja Tulang Bawang tersebut menikah dengan putri Ncuhi Patakula. Selanjutnya para Ncuhi sepakat menobatkan putra raja Tulang Bawang selaku raja Dompo (Dompu) yang pertama.

Sedangkan Raja Dompu ke-2 berjulukan Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinan antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah Dompu ketika itu adalah, Dewa Mbora Bisu, yang ialah Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu yaitu Dewa Mbora Balada, yang ialah saudara dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa Indra Dompu. Sedangkan Raja Dompu ke-2 bernama Dewa Indra Dompu yang lahir dari perkawinan antara putra Indra Kumala dengan putra Dewa Bathara Dompu. Berturut-turut Raja yang menguasai daerah ini yaitu Dewa Mbora Bisu, yang merupakan Raja Dompu yang ke-3. Raja ke-4 Dompu adalah Dewa Mbora Balada, yang merupakan kerabat dari Dewa Mbora Bisu dan Dewa Indra Dompu.

Pengganti Dewa Mambora Balada yaitu putranya yang berjulukan Dewa yang punya Kuda dan memerintah selaku Raja yang ke-5, Dewa yang mati di Bima, Raja yang diketahui selaku seorang yang diktator, sehingga diturunkan dari tahta kerajaan oleh rakyat Dompu ialah Dewa yang mati di Bima. Beliau konon mengambil alih ayahnya (Dewa yang punya Kuda) sebagai Raja yang ke-6 di Dompu, karenanya di bawa ke Bima dan meninggal di sana, Dewa yang bergelar "Mawa'a La Patu". Raja inilah sebenarnya yang mau di nobatkan selaku raja Dompu yang mengambil alih tuhan yang mati di Bima, namun dia ke Bima dan berikutnya memerintah di sana. Pada kurun pemerintahan Raja inilah terkenal satu ekspedisi dari Kerajaan di pulau Jawa yakni kerajaan Majapahit yang konon ekspedisi tersebut di pimpin oleh salah seorang Panglima perang bernama Panglima Nala pada tahun 1344, namun ekspedisi tersebut ternyata gagal. Oleh rakyat Dompu raja yang satu ini sangat diketahui sebagai raja yang disiplin dalam melakukan pemerintahanya, teratur dalam sosial ekonomi maupun politik sehingga masyarakat dikala itu memberi gelar sebagai "Dewa Mawa'a Taho" semula raja ini dikenal dengan nama "Dadela Nata". Beliau yaitu raja yang ke-7 dan merupakan raja Dompu yang terakhir sebelum masuknya pemikiran Islam di Kerajaan Dompu, raja tersebut berkedudukan atau bertahta di wilayah Tonda.

Selain empat Orang Ncuhi yang populer di Dompu terdapat pula Ncuhi lainya mirip Ncuhi Tolo Fo'o, Nehi Katua, Ncuhi Dorongao, Neuhi Parapimpi dan Ncuhi Dungga, para Ncuhi mengusai satu kawasan dengan penduduknya di beberapa bekas pemukiman lama atau perkampungan yang di kuasai oleh para Ncuhi dan hingga ketika ini nama perkampungan itu masih menempel bahkan telah di abadikan menjadi salah satu nama Desa atau kecamatan di Kabupaten Dompu.

Beberapa perkampungan atau negeri yang pernah menjadi wilayah kekusaan para Ncuhi itu misalnya: negeri Tonda, negeri Soro Bawah letaknya di Doro La Nggajah letaknya ditepi pantai teluk Cempi Hu'u, negeri Bata letaknya di Doro Bata Kelurahan Kandai Satu, negeri Tolo Fo'o letaknya di sebelah utara Dusun Rababaka Desa Matau kecamatan Woja, negeri Para Sada kini merupakan lokasi persawahan So Mangge Kalo di kampung Pelita kelurahan Bada, negeri La Rade lokasi tersebut berada di areal pertanian So Jero, negeri Dungga terletak di sekitar Dam Raba Laju, negeri Dorongao letaknya di kelurahan Kandai Satu Kecamatan Dompu.

Ekspedisi Majapahit yang dipimpin oleh Panglima Nala dan di bawah pimpinan Sang Maha Patih Gajah Mada mengalami kegagalan pada ekspedisi pertama sekitar tahun 1331, selanjutnya menyusul ekspedisi yang ke-2 pada sekitar tahun 1357 yang di bantu oleh Laskar dari Bali yang dipimpin oleh Panglima Soka, Ekspedisi yang ke-2 inilah Majapahit berhasil menaklukkan Dompu dan alhasil bernaung di bawah kekuasaan Kerajaan Majapahit.

Kerajaan Dompu ialah hasil penyatuan atau bersatunya para Ncuhi yang ada di wilayah Dompu ketika itu, systim pemerintahan berbentuk kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja (Sangaji) disebutlah susunan para raja yang pernah berkuasa di kerajaan Dompu antara lain: Dewa Sang Kula, Dewa Tulang Bawang, Dewa Indra Dompu, Dewa Mambora Bisu, Dewa Mambawa Balada, Dewa Kuda (Dewa yang punya kuda) dan Dewa Mawa'a Taho serta Dewa Dadalanata.


Sumber https://www.mooreyi.com/


EmoticonEmoticon