Sabtu, 06 Maret 2021

Dompu Pada Masa Penjajahan Jepang

Masa pendudukan Jepang di Dompu berlangsung tahun  Dompu Pada Masa Penjajahan Jepang


Masa pendudukan Jepang di Dompu berlangsung tahun 1942 - 1945, atau sekitar bulan Mei 1942 hingga dengan bulan Agustus 1945. Kedatangan Jepang ke pulau Sumbawa sangat di tunggu oleh rakyat Dompu dan pulau Sumbawa pada ketika itu, dengan impian kedatangan pasukan Nipon tersebut dapat membantu masyarakat setelah penjajahan Belanda yang sudah berjalan ratusan tahun tersebut, namun kenyataannya impian itu tinggal mimpi belaka, bukan Dewa penolong yang datang, justru malah dengan kehadiran pemerintah Dai Nipon (Jepang), kehidupan rakyat tambah sengsara.

Pada ketika Jepang berkuasa di kawasan Dompu, Dompu ketika itu masuk dalam kawasan kekuasaan kerajaan Bima. Hal itu diperkuat dengan adanya perjanjian antara Jepang dengan Kerajaan Bima pada tanggal 11 Mei 1942 dimana isi daripada kontraktersebut menyata kan bahwa: "Kerajaan Dompu masuk dalam wilayah kerajaan Bima". Menurut beberapa sumber sejarah di Dompu, surat kesepakatantersebut dibuat dalam kondisi tekanan dari pihak pemerintah Dai Nipon Jepang. Surat persetujuanyang ditanda tangani pada 5 September 1942 itu ditanda tangani oleh M.Tajul Arifin, Jeneli Dompu M.Saleh Abdullah, Jeneli Kempo, Rati Rasa NaE, Rato Renda Dompu, Gelarang Katua dan Gelarang Ranggo

Setelah kontrakditanda tangani, maka berikutnya Sultan Bima mengangkat M.Amin Daeng Emo menjadi Jeneli Dompu dan M.Nur Amin sebagai Jeneli Kempo. Sementara MT.Arifin Siradjuddin diang kat selaku Tureli Dompu dan Abdullah Daeng Tenga diangkat menjadi Tureli Adu. Dalam melaksanakan roda pemerintahaan di Bima dan Dompu, para petinggi kawasan (Bima/Dompu) senantiasa mendapat campur tangan dari pihak Jepang selaku pemerintah penjajah Mulai saat itu rakyat Dompu dan Bima tidak simpatik lagi terhadap pemerintah Dai Nipon. Jepang mulai membentuk pasukan tentara pribumi dengan merekrut para cowok yang selanjutnya dilatih militer.

Tahun 1943, Jepang sepertinya mulai terdesak oleh pasukan Sekutu, maka pemerintah Dai Nipon mulai mengumbar kesepakatan-kesepakatan kepada masyarakatpribumi auntuk mengikat hati rakyat. Untuk menda patkan tenaga atau pasukan perang yang berpengalaman, Jepang selanjutnya membentuk Perwira Pembela Tanah Air (PETA) dimana anggota PETA tersebut berisikan para cowok dan tokoh-tokoh penduduk pribumi. Menurut catatan sejarah di Dompu menyebutkan, tokoh-tokoh PETA di Dompu antara lain yaitu: Abdurahman H. Ahmad, Bahnan Daeng Situru. Muhammad Jabir, Ibrahim Singke dan lain-lain. Selain itu, untuk lebih memikat hati rakyat Dompu, Jepang merekrut pula beberapa tokoh cowok untuk dididik menjadi prajurit khusus Haiho (Rikugen Hei), lalu pegawai pemerintah Dai Nipon dilatih khusus untuk menjadi pasukan berani mati (Tei seinendan).

Pada tanggal 16 Juni tahun 1945, Pemerintah Dai Nipon mengadakan sidang di Singaraja Bali dan dihadiri oleh Bung Karno, sedangkan dari Dompu diwakili oleh M. Amin Daeng Emo. Bima diwakili oleh M.Idris Djafar dan dari Sumbawa diwakili oleh Lalu Abdul Wahab

Tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia memproklamirkan Kemer dekaannya. Berita proklamasi ini gres dimengerti di kawasan pulau lombok dan pulau Sumbawa (NTB) sekitar permulaan September 1945, sedangkan pada tanggal 18 Agustus 1945 atau sehabis sehari proklamasi kemerdekaan, di Mataram (Lombok) pihak Jepang telah menyerahkan kekuasaan kepada pihak Indonesia .

Goa Jepang, bukti peninggalan pemerintah Dai Nipon di Dompu

Selain populer dengan gelombang pantai La Key, ternyata di kawasan Kecamatan Hu'u Kabupaten Dompu juga diketahui dengan obyek wisata sejarah, baik sejarah peninggalan purbakala maupun peninggalan sejarah pada dikala abad penjajahan.

Disamping situs purbakala mirip situs Nangasia, Situs Batu Kadera (Kursi Raja), Situs Batu kubur dan lain sebagainya, ternyata di kawasan sepanjang pesisir pantai Hu'u terdapat peninggalan sejarah berupa Goa atau Bunker Eks. Tentara Jepang. Saat ini barangkali hanya monumen Goa Jepang saja yang diketahui oleh masyarakat dimana letaknya sekitar 1 km dari Jalan raya komplek perhotelan di La Key

Akhir tahun 2009, H. R. M. Agoes soeryanto bersama Dandim 1614/Dompu Letnan Kolonel Inf. Drs. Kusdiro dan beberapa tokoh masyarakat Dompu menjajal menyusuri beberapa jejak bekas Bunker Jepang yang berada di sekeliling lokasi Monumen Goa Jepang dan disekitar pantai La Key Hu'u. Sebelum menuju Monumen Goa Jepang, ternyata sekitar 100 meter dari jalan raya juga ditemukan beberapa lobang yang sudah tertutup tanah dan belukar, setelah di gali beberapa centi meter, didapatkan lobang yang diduga ialah Bunker eks. Tentara Jepang. Menurut Dandim 1614/Dompu Letnan Kolonel. Drs Kusdiro, Monumen Goa Jepang dahulu pada ketika periode penjajahan Tentara Jepang ialah kawasan atau bangunan yang berfungsi selaku Pos tinjau sekaligus ialah benteng pertahanan pasukan serdadu Jepang. 

Di sekitar Monumen Goa Jepang terdapat beberapa buah lobang yang ternyata ialah Bunker, namun saat ini kondisi bunker tersebut sudah tertutup longsoran tanah dan tertutup semak belukar.

Dari komplek Monumen Goa Jepang, penulis dan rombongan eksklusif melanjutkan perjalanan menuju pesisir pantai La Key sebelum tiba di pantai, ternyata banyak pula ditemukan beberapa bunker eks. Tentara Jepang di sepanjang jalan raya menuju Nangadoro Bunker-bunker tersebut berada di dalam lokasi kebun milik warga lokal. Bunkur yang yang dibuat dari kerikil kali dan semen itu kondisinya telah banyak yang rusak, bahkan ada beberapa lorong yang telah tertimbun longsoran tanah.

Sebelum tiba di pantai La key, ditemukan pula beberapa buah bunker yang tersebar di lahan-lahan milik warga bahkan di salah satu Pohon besar atau tepatnya di depan halaman salah satu Hotel di la Key, ternyata ditemukan pula Bunker yang kondisinya juga telah tertutup gundukan tanah dan pasir akibat kikisan atau ab rasi pantai. "Dulu di bawah pohon besar ini ada Bunker/Goa milik eks.tentara Jepang, "kata salah seorang tokoh sepuh di Hu'u. Batu kali yang dicampur adukan semen terlihat masih terlihat menempel di sebagian akar-akar pohon besar tersebut. "Kemungkinan dulu Goa/bunker ini berada di bawah pohon ini, tetapi alasannya terjadi pengikisan pantai, lama-usang tertutup gundukan pasir dan balasannya menutupi lobang Bunker, papar Dandim.

Diantara Bunker-bunker tersebut, ada salah satu Bunker yang sangat besar bahkan lobang pintu masuk menuju lorong masih utuh dan bisa di masuki orang. Anehnya Bunker tersebut berada di atas lahan milik warga dengan ketinggian bangunan sekitar 3 meter. Bangunan tersebut yang dibuat dari batu kali dan semen, bangunan bunker yang satu ini hampir utuh nyaris seratus porsen, cuma beberapa bangunan sudah longsor di bagian dinding luarnya. Sementara di langit-langit lorong bunker masih terdapat sisa-sisa kayu yang berfungsi sebagai penopang atap pada ketika mengecor atap Bunker. Didalam lorong ternyata sanga luas bahkan bila di masuki kendaraan beroda empat bisa masuk. 

Dandim 1614/Dompu Letnan Kolonel Inf. Drs. Kusdiro menyampaikan pihaknya sangat peduli terhadap peninggalan sejarah tersebut, dan ketika ini pihaknya berhubungan dengan Dinas Pariwisata Kab. Dompu bermaksud akan membuat jalan setapak menuju lokasi tersebut supaya mempermudah para hadirin melihat bunker-bunker eks tentara Jepang tersebut. "Ini adalah salah satu bukti sejarah yang dihentikan dibiarkan begitu saja, bunker ini memang milik tentara jepang selaku benteng pertahanan saat menjajah Indonesia terutama di wilayah Dompu. Yang memanfaatkan Bunker ini ialah tentara Jepang, tapi yang membuat atau pekerjanya ialah orang-orang kita (Orang Dompu-Red). Artinya ini juga ialah hasil karya para sesepuh atau pejuang-pejuang kita dahulu, Kewajiban kita untuk memelihara dan melestarikannya biar kelak generasi yang hendak dating dapat menikmati sekaligus bukti perjuangan bangsa kita melawan kaum penjajah," papar Dandim.

Abdurahman (90) alias Ahmad Komba, salah seorang warga Hu'u yang konon menjadi saksi saat pembuatan bunker oleh serdadu Jepang menuturkan, Jepang masuk Dompu lewat pantai di wilayah Hu'u.Saat prajurit Jepang masuk, mereka eksklusif menghimpun warga setempat untuk diajak kerja rodi menciptakan bunker selaku tempat atau benteng pertahanan prajurit Jepang. “Kita kerja siang malam, tidak di gaji cuma di kasih makan ala kadarnya, bahkan kadang-kadang tidak di kasih makan. Kita kerja terus siang malam di bawah pengawasan dengan todongan senjata serdadu jepang,"kata Abdurahman, yang juga masih fasih berbahasa Jepang ini.

Menurutnya, banyak warga setempat yang mati pada saat pengerjaan bunker-bunker tersebut, bahkan katanya, ada pula warga yang mati ketika kerja dan pribadi di timbun (di kubur) didalam bunker. Menurut Abdurahman, selain selaku daerah pertahanan persembunyian, bunker-bunker tersebut oleh prajurit Jepang juga dimanfaatkan untuk menyimpan logistik mereka, "Setelah Jepang mengalah oleh tentara Sekutu, menurut Abdurahman, ada beberapa bunker yang dimanfaatkan oleh Tentara Jepang untuk menimbun/ menyembunyikan senjata dan peralatan perang yang lain mirip pedang (Samurai) dan meriam serta beberapa barang berguna yang lain milik Tentara Jepang "Mungkin prajurit Jepang takut bila barang barang tersebut jatuh ke tangan musuh (Sekutu) atau takut diambil warga setempat. Tapi saya sudah agak lupa-lupa ingat kira-kira bunker mana yang dahulu digunakan untuk menyimpan barang-barang tersebut, "papar Abdurahman yang masih nampak sehat dan fasih berbahasa Jepang tersebut. 

Letnan Kolonel. Drs. Kusdiro (Dandim 1614/Dompu 2007 - 2011)

"Mengapa Jepang membangun Bunker di Hu'u"

Menurut Dandim 1614/Dompu Letnan Kolonel (Int) Drs. Kusdiro, alasan Jepang membangun Goa/Bunker di daerah Hu'u sebab kawasan tersebut dianggap selaku salah satu kawasan yang sangat strategis sebagai tempat pertahanan pihak militer Jepang.

Goa Jepang, yang terletak diatas ketinggian sekitar 200 meter dari permukaan maritim atau tepatnya berada di atas perbukitan/belakang daerah Hotel di La Key yang berhadapan dengan bahari lepas (maritim Australia) itu dari sisi pertahanan militer merupakan kawasan strategis dan sangat leluasa untuk mengawasi pihak musuh yang datang dari segala arah/penjuru. "Selain selaku pos tinjau, bunker goa Jepang itu juga berfungsi untuk daerah pertahanan Tentara sekaligus selaku daerah gudang penyimpanan logistik, "kata Dandim.

Lebih jauh Dandim memaparkan bahwa, Jepang menentukan Hu'u selaku basis pertahanan mereka (Tentara Jepang) hal itu tidak terlepas dari kajian strategi tempur pasukan Jepang sebelum memutuskan untuk menduduki wilayah Dompu lewat jalur Laut atau tepatnya di kawasan selatan Dompu. "Saat itu Laut ialah jalur utama pasukan Jepang untuk menguasai beberapa wilayah yang ada di Nusantara ini, "katanya.

Menurut evaluasi Letnan Kolonel. Kusdiro. pasukan tentara Jepang sebelum menduduki sebagian kawasan Nusantara, pihak Jepang telah menguasai peta jalur pendaratan wilayah. "Tentara Belanda di kalahka oleh Jepang, rahasia militer tergolong peta daerah otomatis bias dikuasai oleh Jepang. Menurut pendapat saya, Jepang sukses merebut peta wilayah dari pihak Belanda termasuk peta jalur pendaratan ke wilayah Dompu yaitu lewat jalur bahari tepatnya lewat daerah perairan Hu'u,"terperinci Letnan Kolonel. Kusdiro.

Lebih lanjut Dandim 1614/Dompu ini memaparkan, Belanda dapat menguasai peta jalur masuk ke beberapa daerah di Nusantara tergolong di Dompu itu dimungkinkan sebelumnya pihak Belanda sudah menguasai peta kawasan yang didapat dari beberapa Kerajaan di Nusantara ini. "Saya berpendapat bahwa, jalur daerah masuk Dompu lewat Hu'u itu mirip mengutip dari riwayat perjalanan prajurit Majapahit di bawah komando Mahapatih Gajah Mada ketika hendak menaklukkan kerajaan Dompo (Dompu). "Ingat, sejarah di Dompu mencatat bahwa pasukan Majapahit masuk atau menyerang Dompu melalui jalur selatan ialah daerah perairan Hu'u. Bisa juga Jepang masuk Dompu itu alasannya terinspirasi oleh ekspedisi pasukan Majapahit ketika hendak menaklukkan kerajaan Dompu,' terperinci Dandim.






Sumber https://www.mooreyi.com/


EmoticonEmoticon